Pilkada Serentak 2024, Bakesbangpol Kota Bima Imbau ASN Jaga Netralitas
![]() |
Muhammad Hasyim |
![]() |
Muhammad Hasyim |
![]() |
Ketua KPU Kabupaten Bima, Ady Supriadin (berdiri) saat memberikan sambutan pada acara ngopi bareng media di Surf Cafe, Sabtu malam (8/6) |
![]() |
Ilustrasi |
![]() |
Ilustrasi |
![]() |
Kepala Bakesbang Pol Kota Bima, Muhammad Hasyim memberikan sambutan pada acara pendidikan politik bagi kaum pemilih pemula di aula Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, Senin (3/6) |
![]() |
Pj. Wali Kota Bima H. Mohammad Rum |
![]() |
Potongan video musibah kebakaran yang menimpa rumah H. Ismail, warga Desa Bolo, Kecamatan Madapangga, Kebupaten Bima, Jumat malam (31/5). |
bimanews.id-Satuan Lantas Polres Bima Kota berhasil mengungkap penyebab kematian AFS yang ditemukan tergeletak di jalan depan Bengkel Ulet Jaya, Kelurahan Dara, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima. Dari hasil rekaman CCTV, alumni SMAN 2 Kota Bima ini meninggal akibat kecelakaan tunggal.
“Dari rekaman CCTV Bengkel Ulet Jaya, korban meninggal akibat kecelakaan tunggal,” kata Kasat Lantas melalui Kanit Laka Lantas Polres Bima Kota, Aiptu Jaidun, Jumat (31/5).
Musibah kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 18.50 Wita. Korban seorang diri mengendarai sepeda motor Honda Scoopy milik temannya dari arah utara ke selatan. Tepat di depan Ulet Jaya korban tiba-tiba oleng ke kiri lalu menghantam trotoar.
“Beberapa pengendara yang melintas terlihat tak menghiraukan korban yang terjatuh. Mungkin mereka tidak mau repot jadi saksi. Korban dibantu warga termasuk satpam Ulet Jaya setelah mendengar suara tabrakan,” jelasnya.
Jaidun belum mengetahui apakah korban meninggal di tempat atau tidak. Namun, korban dilarikan warga ke Puskesmas terdekat lalu dibawa ke RSUD Bima.
“Dari keterangan pihak medis, kondisi korban tiba di RSUD sudah meninggal dunia. Korban alami luka parah di kepala,” ungkapnya.
Dari informasi yang dihimpun, korban merupakan siswa lulusan SMAN 2 Kota Bima 2024. Sebelum meninggal, korban rencananya akan berangkat ke Mataram Jumat pagi (31/5) untuk melanjutkan pendidikan. (red)
![]() |
Ilustrasi |
bimanews.id-Remaja inisial AFS ditemukan tergeletak di jalan raya depan Bengkel Ulet Jaya Kelurahan Dara, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, Kamis (30/5). Korban yang diketahui alumni SMAN 2 Kota Bima ini sempat dilarikan ke RSUD Bima, namun nyawanya tidak tertolong.
Belum diketahui secara pasti penyebab meninggalnya remaja asal Kelurahan Dara tersebut. Dugaan sementara, akibat kecelakaan tunggal.
“Kami belum dapat saksi terkait kejadian ini. Kami sedang mencari CCTV di sekitar lokasi kejadian. Mudahan-mudahan ada,” kata Kasat Lantas Polres Bima Kota, Iptu Novit Prasetyo, Jumat (31/5).
Pihaknya pun belum mengetahui bagaimana kronologi kejadian, hingga korban tergeletak di jalan. Dari informasi yang diperoleh, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 18.30 Wita.
“Pagi ini kami turun ke TKP (tempat kejadian perkara),” kata Kasat.
Jasad korban kini disemayamkan di rumahnya di Kelurahan Dara. Rencananya akan dikebumikan Jum'at siang (31/5).
Dari informasi yang dihimpun, korban merupakan alumni SMAN 2 Kota Bima 2024. Sebelum meninggal, korban rencananya akan berangkat ke Mataram pada Jumat pagi (31/5) untuk melanjutkan pendidikan.
Selama mengenyam pendidikan di SMAN 2 Kota Bima, korban dikenal sebagai siswa pendiam dan pintar. Korban juga pernah menjabat sebagai Ketua OSIS. (red)
![]() |
Pj. Wali Kota Bima, H Mohammad Ru didampingi Ketua DPRD Kota Bima menerima LHP dari BPK RI Perwakilan NTB dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di Kantor BPK Perwakilan NTB, Kamis (30/5) |
bimanews.id-Pemerintah Kota Bima kembali mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI secara berturut-turut ke-10. Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2023 diterima langsung Pj. Wali Kota Bima H. Mohammad Rum didampingi Ketua DPRD Kota Bima, Sekda Kepala Inspektorat dan Kepala BPKAD bertempat di Kantor BPK Perwakilan NTB, Sabtu (30/5).
Pj. Wali Kota Bima, H. Mohammad mengatakan, keberhasilan Kota Bima meraih opini WTP secara berturut-turut 10 kali merupakan bukti komitmen dan kerja keras seluruh jajaran Pemerintah Kota Bima dalam mengelola keuangan daerah dengan baik, transparan, dan akuntabel. Opini WTP yang diraih ini menjadi motivasi tambahan bagi pemerintah daerah untuk terus meningkatkan kinerja dan tata kelola keuangan daerah.
Acara penyerahan hasil pemeriksaan BPK katanya, menjadi momentum penting bagi seluruh pemerintah daerah di NTB untuk mengevaluasi dan memperbaiki pengelolaan keuangan yang lebih baik di masa mendatang.
Usai penandatanganan dan penyerahan LHP BPK RI Perwakilan NTB, H. Mohammad Rum mengapresiasi kerja keras dan dedikasi seluruh jajaran Pemerintah Kota Bima dalam mengelola keuangan daerah. Pencapaian ini bukan sekadar prestasi, tetapi juga merupakan tanggung jawab besar untuk terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan.
"Predikat WTP ini adalah hasil dari komitmen seluruh elemen pemerintah dan masyarakat Kota Bima. Kita jangan dulu berpuas diri, tetapi terus berupaya menjaga transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam setiap aspek pengelolaan keuangan daerah," ajak HM Rum.
Predikat WTP ke-10 diharapkan menjadi motivasi bagi seluruh pegawai pemerintah Kota Bima untuk bekerja lebih giat. Berharap prestasi ini dapat mendorong peningkatan pelayanan publik dan pembangunan yang lebih merata di Kota Bima.
"Harapan saya, predikat ini menjadi penyemangat untuk terus berinovasi dalam pengelolaan keuangan. Kita harus memastikan setiap rupiah dari anggaran daerah digunakan secara efektif dan tepat sasaran untuk kesejahteraan masyarakat," harapnya.
"Kerja sama dan sinergi antara pemerintah, DPRD, dan masyarakat adalah kunci utama untuk mempertahankan prestasi ini. Mari kita terus bekerja bersama untuk membangun Kota Bima yang lebih baik dan sejahtera," tambahnya. (red)
![]() |
Bimtek dan kuliah umum yang diadakan Prodi Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP Taman Siswa bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima, Selasa (28/5) |
bimanews.id-Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Prodi PGSD) STKIP Taman Siswa Bima terus bergeliat dalam mengembangkan usaha mahasiswa. Melalui kuliah umum dan Bimtek Bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bima, mahasiswa Prodi PGSD didorong untuk mengembangkan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Kegiatan yang digelar di Gedung Beradab STKIP Taman Siswa Bima, Selasa (28/5) menghadirkan pemateri, Budi Gunawan, SE, ME dan Siti Rosmiyati, ST.
Mewakili Ketua, Wakil Ketua Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Publikasi, Dr. Syarifudin, S.Si., M.Pd., pada sambutannya menekankan pada target luaran dari Kampus Merah. Via mata kuliah kewirausahaan yang ada di semua Prodi, mahasiswa diharapkan tidak hanya fokus menjadi ASN atau lanjut studi. Tetapi juga mampu mandiri.
“Kami di kampus merah ini berharap mahasiswa tidak hanya berpikir menjadi ASN, atau lanjut studi S2 saja, tetapi menjadi wirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan. Apalagi semua Prodi di STKIP Tamsis mengajarkan tentang kewirausahaan," terangnya.
Pria yang akrab disapa Syarif ini mengatakan, banyak mahasiswa STKIP Taman Siswa Bima berwirausaha, namun bukan sebagai usaha yang legal. Dengan Bimtek ini diharapkan, usaha yang sedang ditekuni bisa dilegalkan dengan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB).
“Sangat diharapkan partisipasi fokus pada kegiatan ini (kuliah umum dan Bimtek NIB, red). Ketika mahasiswa memiliki usaha dan belum legal, maka hari ini juga bisa dilegalkan. Kampus 2 juga sudah laksanakan berkegiatan yang sama dengan Perindag Kota Bima. Semoga bisa terus lebih baik,” harapnya.
Sementara itu, Khairul Sani, M.Eng salah seorang pemateri menjelaskan, Bimtek yang dirangkaikan dengan kuliah umum untuk membuka cara pandang mahasiswa terhadap dunia kewirausahaan. Hal tersebut didasarkan pada pengalaman lapangan dari pemateri/dosen tamu memberikan pendampingan terhadap sejumlah pengusaha sukses di Kabupaten Bima.
Karena itu kata dia, bagi mahasiswa yang sudah menjalankan usaha agar ditingkatkan (scale up). Bagi yang belum, supaya merencanakan usaha dengan baik.
Pada"Ternyata, dari kegiatan ini diketahui, banyak mahasiswa yang telah menekuni usaha seperti foto grafi, kuliner, fashion, online shop dan lain-lain. Usaha yang digeluti itu berjalan bagus dengan omzet jutaan rupiah per bulan," katanya bangga.
Kegiatan dilanjutkan dengan pendampingan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) oleh Budi Gunawan dan Siti Rosmiati. NIB merupakan syarat pembuatan legalitas pirt, dan halal. Karena ketentuan dari Disperindag, semua pelaku usaha akan ditertibkan dan harus berijin.
Sebagai informasi, dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan Prodi PGSD yaitu Khairul Sani, M.Eng, Pak Sholihin, M.Pd, dan Juryatina, M.Ed. Hadir pada kegiatan tersebut sejumlah mahasiswa semester empat. (red)
Oleh: Juhanah Zara
Bima merupakan daerah dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, dengan dua komoditas andalannya berupa bawang merah dan jagung. Untuk bawang merah, bisa ditanam dan dipanen sebanyak dua sampai tiga kali per tahun. Sedangkan untuk jagung hanya satu kali tanam, yakni biasanya di musim penghujan. Mayoritas masyarakat di banyak kecamatan menyambung hidup melalui dua komoditas tersebut, guna memenuhi kebutuhan pangan, sandang serta papan. Namun bulan-bulan ini, petani bawang dan jagung dihadapkan pada tantangan berupa anjloknya harga harga jual.
Harga Bawang Merah dan Jagung Merosot
Dilansir dari detikbali.com (29/04/2024), sebagian petani bawang merah di wilayah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah panen. Namun mereka mengeluhkan harga jual yang terus turun di tengah meroketnya harga bawang merah di pasar. Padahal harga bawang merah secara nasional naik gila-gilaan dalam beberapa waktu belakangan ini. Harganya menembus angka 80 ribu rupiah per kilogram (kg) atau 8 juta rupiah per 100 kg. Ginanjar, petani bawang merah di Desa Pai, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima mengatakan, meroketnya harga bawang merah di pasar saat ini tak memberikan keuntungan baginya. Sebab bawang merah hasil panen saat ini dibanderol dengan harga rata-rata 3,3 juta rupiah per 100 kg. Pun harga bawang merah di NTB yang belakangan melonjak naik, kini sudah berangsur turun.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo ikut angkat bicara mengenai komoditas jagung. Ia mengatakan saat ini yang perlu dilakukan adalah menjaga keseimbangan harga, baik yang ada di tingkat petani maupun peternak. Keduanya tetap harus mempertahankan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. "Ya, ini memang baru panen besar. Semua daerah panen sehingga yang terjadi adalah harga turun karena over supply. Harga yang sebelumnya 7.000, sekarang turun menjadi 4.200. Artinya baik untuk peternak, tapi kurang baik untuk petani," tuturnya di area jagung Kelompok Tani Kedawan, Brang Biji, Kabupaten Sumbawa, NTB (tempo.com, 03/05/2024).
Ibarat dipermainkan, harga kedua komoditas tersebut terus naik dan turun. Masyarakat seringkali melayangkan protes akibat ketidakjelasan harga tersebut, namun tidak membuahkan hasil yang sepadan. Negara juga terlambat bertindak untuk mengatasi persoalan rakyat kecil, sehingga masalah terlanjur berlarut-larut dan muncul kericuhan. Meski akhirnya ada pematokan harga jagung dari pemerintah pusat, namun nyatanya tetap saja tidak bisa mencukupi kebutuhan para petani.
Hilangnya Fungsi Negara
Anjloknya harga hasil panen petani bukanlah berita baru, melainkan telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Keuntungan yang tak seberapa, tidak sesuai dengan pengeluaran serta kerja keras selama proses tanam hingga panen. Belum lagi untuk membayar tenaga buruh yang digunakan. Hal ini jelas merugikan petani.
Jikalau keuntungan saja tidak mampu diraih, apatah lagi membahas bagaimana mereka dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari? Sedangkan masyarakat di Bima rata-rata menjadikan profesi petani sebagai satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ditambah dengan harga barang dan kebutuhan lain yang serba mahal semakin mencekik kehidupan mereka, maka terbayang betapa beratnya kehidupan mereka.
Naik turunnya harga pada hasil pertanian bukan tanpa sebab. Melainkan karena ketiadaan perhatian dari negara secara langsung. Negara yang menerapkan sistem sekuler menjadi penyebab utama akan problem yang berulang-ulang. Labilnya harga barang, bahan pangan, dan sejenisnya sudah menjadi _habit_ sepanjang tahun. Masyarakat dipaksa terbiasa untuk pasrah dengan keadaan walau begitu terasa sulitnya.
Sistem sekuler ini menjadikan negara menyerahkan tanggung jawabnya terhadap masyarakat. Ketiadaan campur tangan negara menjadikan masyarakat tidak terarah dalam mengelola alam di sekitarnya. Lihat saja bagaimana mereka menyalahgunakan lahan untuk bercocok tanam, semata-mata untuk meraih penghasilan dan menyambung hidup.
Seperti _euforia_ penanaman komoditi jagung di Dompu yang semakin merambah ke Kota Bima dan Kabupaten Bima. Selain lahan pertanian, kawasan hutan lindung pun berubah fungsi jadi area perladangan (Suara NTB, 27/12/2017). Sekarang kawasan hutan di pegunungan sisi barat Bendungan Pelaparado, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, tampak gundul dan beralih fungsi menjadi lahan jagung. Belum lagi dengan daerah terpencil, banyak yang menjadikan gunung sebagai ladang jagung.
Selain itu, hilangnya peran negara dalam proses distribusi komoditas pertanian akhirnya memunculkan pengusaha atau pihak swasta sebagai pengendali dalam sistem perekonomian termasuk penetapan harga. Ditambah kenyataan bahwa negara gencar melakukan impor komoditas, sehingga mekanisme pasar akhirnya rusak dan kemudian mereka mengambil jalan mematok harga.
Seperti inilah cara kerja sistem kapitalisme yang menjadikan penguasa sesungguhnya adalah swasta dan pemilik modal. Tidak peduli dengan pematokan harga membuat petani merasa keberatan atau tidak, karena keuntungan bagi kalangan mereka adalah faktor utama dalam negara sekuler ini. Materi menjadi kepentingan paling utama daripada kesakitan yang dirasakan oleh rakyat.
Solusi Ala Islam
Solusi terbaik untuk umat (rakyat) hanya bisa diraih dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah di muka bumi. Sebab kedaulatan berasal dari Allah SWT dan Rasulullah Saw. melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan menjalankan syariatNya semua masalah akan terselesaikan. Sebab Islam lengkap mengatur sedemikian rupa, dari bangun tidur hingga bangun negara, baik persoalan kecil hingga persoalan besar. Begitupun dengan permasalahan umat saat ini hanya bisa diselesaikan oleh Islam dalam bentuk negara.
Dalam Islam yang akan bertanggung jawab pada umat serta mengontrol umat adalah negara. Sehingga permasalahan umat diselesaikan oleh negara, termasuk urusan pertanian. Tidak diambil alih oleh pihak pemilik modal, korporatokrasi, kartel dan lain sebagainya dalam hal mengatur naik turunnya harga. Untuk itu, butuh negara yang turun tangan langsung memberikan dukungan serta memfasilitasi produksi dan apapun yang akan dibutuhkan oleh petani, termasuk memastikan pendistribusiannya. Dengan itu, impor bahan pangan tidak dilakukan oleh daulah Islam (khilafah) ketika masih ada stok atau daulah mampu mengelolanya sendiri.
Islam pun akan memastikan harga bahan pangan mengikuti mekanisme pasar alami tanpa manipulasi serta menuntaskan distorsi pasar seperti keberadaan mafia, penimbunan dan penyelundupan yang merugikan masyarakat. Hal ini membuat pasar tidak akan mudah untuk dikuasai oleh pihak tertentu.
Dengan begitu petani mendapatkan penghasilan sesuai hasil panen serta kerja kerasnya. Umat tidak lagi akan pusing memikirkan persoalan naik turunnya harga untuk berbagai komoditas. Petani atau individu tidak akan menyalahgunakan hutan dan gunung untuk menyambung hidup, karena khalifah atau pemimpin negara dalam sistem Islam akan memastikan tersedianya lapangan kerja bagi umat, khususnya laki-laki. Negara juga mengontrol penuh cara pengelolaan tanah oleh umat. Ketika itu milik umum, maka pemanfaatannya atau hasilnya akan dikembalikan kepada umat, tidak diprivatisasi oleh individu tertentu. Begitulah kesempurnaan Islam dalam mengatur urusan pertanian.
Namun semua itu belum dirasakan oleh umat saat ini. Kesejahteraan dan solusi itu belum terlaksana sebab umat masih terperangkap dalam sistem sekularisme yang kian hari kian mengakar. Akan tetapi tidak ada kata terlambat dalam perjuangan menerapkan Islam kaffah. Dengan penyampaian dakwah guna membentuk kesadaran di tengah umat, perlahan sistem Islam akan semakin menjadi impian dengan landasan keimanan bagi setiap muslim. Sehingga umat atau kaum muslimin sendirilah yang akan menuntut sistem sekularisme diganti dengan sistem Islam dalam naungan khilafah. Karena hanya khilafah yang mampu menerapkan syariat Islam secara kaffah. (*)
Ad Placement
Subscribe di situs ini untuk mendapatkan update berita terbaru