Ilustrasi |
bimanews.id-Terbatasnya lapangan yang tersedia di daerah
mengharuskan ratusan warga di Kabupaten Bima memilih menjadi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI). Selain karena alasan pendapatan tinggi bekerja di luar negeri dibanding
di daerah.
Tidak heran, setiap tahun, minat warga Kabupaten Bima menjadi TKI
terus meningkat. Bahkan dari data Disnaker Kabupaten Bima, selama tiga bulan
terakhir, terhitung Januari hingga Maret 2024, tercatat sudah 233 orang menjadi TKI.
Kabid
Pengiriman dan Penempatan (Penta) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Disnakertrans) Kabupaten, Ikhsan Nullatif mengatakan. Tingginya minat warga
menjadi TKI ini, dalam beberapa bulan ke depan akan terjadi peningkatan
pendaftaran.
“Akan
terus meningkatkan. Tapi tak sebanyak sebelum Covid-19. Karena saat ini ada
ketentuan baru soal persyaratan sertifikat kompetensi,” sebutnya, Kamis (28/3).
Sebelum
ada persyaratan sertifikat kompetensi, minat warga Bima cukup tinggi menjadi
TKI. Dalam setahun bisa mencapai 3 hingga 4 ribu orang.
Alasan
mendasar warga Bima memilih menjadi TKI, karena kurangnya lapangan kerja di
daerah. Kalaupun ada, gaji yang mereka terima tidak sebesar di luar negeri.
“Lapangan
kerja kurang, sehingga mereka memilih menjadi TKI,” jelasnya.
Gaji
di luar negeri sangat menjanjikan. Bagi mereka yang bekerja di sektor informal
saja bisa sampai Rp13 juta perbulan. Itu di luar tunjangan.
“Di
sektor formal lebih banyak lagi, bisa tembus Rp16 juta perbulan, Itu diluar
tunjangan,” bebernya.
Sebanyak
233 orang calon TKI ini akan dikirim ke sejumlah negara. Seperti Taiwan,
Malaysia, Hongkong, Singapura, Arab Saudi dan lain sebagainya.
“Terbanyak
di Negara Taiwan, disusul Hongkong. Karena di dua negara itu gaji mereka lebih besar
dibandingkan negara lain,” pungkasnya. (red)