Tahfadzul Ihsyan, bocah yang viral ngaji di atas pohon kelor dengan suara merdu (tengah) diapit kedua orang tua dan guru ngajinya |
bimanews.id-Ibarat pepatah kecil-kecil cabe rawit, seperti itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan sosok Tahfadzul Ihsyan, bocah 12 tahun, asal Desa Oi Maci, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Kendati badannya kecil, namun prestasinya telah mendunia.
Bocah yang sempat viral di media social
ketika melantunkan ayat suci sambil duduk di atas pohon dengan suara merdunya,
kini mendapat tawaran menjadi imam di Masjid Nabawi, Madinah.
Pasca viral di media social, Tahfadzul
diundang pada acara wisuda di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Di tanah
air, Tahfadzul juga dibanjiri tawaran untuk mendapatkan beasiswa dari sejumlah lembaga
di tanah air bahkan di beberapa negara di Timur Tengah.
H Anwar H Ishaka, orang tua
Tahfadzul ditemui di kediamannya
beberapa hari lau mengaku, bangga sekaligus terharu atas prestasi putranya. Dia
tak menyangka, putranya sampai sampai ditawari menjadi calon imam di Masjid
Nabawi.
“Berkunjung ke tanah suci saja merupakan impian seluruh ummat muslim,
apalagi menjadi Imam di Masjid Nabawi Madinah. Tahfadzul sepertinya belum siap
menerima tawaran itu mengingat usianya masih kecil,” katanya.
Tahfadzul katanya, juga ditawari beasiswa di Pendidikan Tahfidz Qatar dan Lembaga Tahfidz di Dubai. Kemudian ditawari Lembaga Al Ikhlas di Tangerang dan Al-Wildan Jakarta.
“Yang dari Qatar barusan menghubungi
kami, kembali menawarkan beasiswa itu. Kami sampaikan Tahfadzul belum siap
secara mental. Sekarang kami pilih di Al-Wildan Jakarta. InsyaAllah setelah lulus SD tahun ini, Tahfadzul langsung
berangkat,” kata Anwar didampingi guru ngaji Tahfadzul, Ridwan Umar.
Meski tubuhnya yang mungil, Tahfadzul
dikenal bocah yang cerdas dan berprestasi. Prestasi terbaiknya di ajang MTQ, menjadi juara tiga tingkat provinsi tahun
2022.
Saat itu ia mewakili Lombok Barat,
karena pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren di daerah setempat.
Sementara pada MTQ Kabupaten Bima tahun 2023, Tahfadzul gagal meraih juara.
“Tahfadzul sempat putus asa karena sering gagal meraih
juara 1 di MTQ, tapi kami terus memotivasinya agar tidak patah semangat,” kata
Anwar.
Tahfadzul merupakan putra keempat dari
lima bersaudara buah pernikahan H Anwar H Ishaka, Sekretaris Camat Sape dan Hj.
Nuryati, Kepala SDN 1 Sape.
Bagi pegiat media sosial, sosok
Tahfadzul mungkin sudah tidak asing lagi. Sebelumnya, bocah ini sempat viral di
media sosial setelah melantunkan ayat suci Al-Quran di atas pohon Kelor.
“Sebenarnya yang lebih dulu viral itu,
waktu dia baca Al-Quran di kamar hotel jelang tampil pada MTQ Provinsi NTB 2
tahun lalu,” ujarnya.
Anwar menceritakan kenapa Tahfadzul
sampai diundang ke acara wisuda Universitas Islam Madinah, Arab Saudi pada 19
Januari lalu. Berawal ketika Tahfadzul diundang pada acara wisuda siswa Rumah Tahfidz Al-Ilmi
Kota Bima beberapa waktu lalu. Kebetulan acara itu juga dihadiri seorang Syekh
Muhammad Ali Aldeb dari Madinah.
Pada acara itu, Syekh Aldeb kagum
dengan penampilan Tahfadzul dan menyuruhnya maju ke podium. Khabib dibuat kagum setelah mengetahui Tahfadzul
adalah bocah yang viral mengaji di atas pohon Kelor. Rupanya, video itu juga heboh
di Timur Tengah.
“Mulai saat itu kami jalin komunikasi
dan tukeran nomor HP. Kebetulan Rumah Tahfidz Al-Ilmi Kota Bima ini berafiliasi
dengan lembaga yang sama di Madinah,” sebutnya.
Pada 17 Januari 2024, kedua orang
tuanya rencana berangkat umroh ke Tanah Suci Mekkah. Awalnya, Tahfadzul tidak masuk rombongan
umroh, namun dia ngotot minta ikut hingga akhirnya dibuatkan paspor.
“Terpaksa kami kumpulkan uang agar dia
bisa berangkat. Karena Tahfadzul ikut, jadi saya kontak Syekh Muhammad Ali Aldeb
di Madinah,” tutur Anwar.
Keberangkatan Tahfadzul rupanya
membawa rezeki. Saat itu Syekh Muhammad Ali Aldeb siap menjemput di bandara
sekaligus mengundang Tahfadzul ke acara wisuda di Universitas Islam Madinah.
“Di Madinah, kami disambut luar
biasa,” katanya.
Saat itu kata Anwar sejumlah syekh di
Madinah yang hadir di acara wisuda kagum dengan penampilan Tahfadzul hingga
muncul berbagai tawaran beasiswa. Mereka menilai Tahfadzul, bocah langka dan
unik. Dia mampu menangkap dan mengikuti semua jenis bacaan walau hanya sekali
lantunan dari para syekh.
“Jadi saat itu Tahfadzul di tes juga
sama para syekh di sana. Karena memang untuk menjadi calon imam Masjid Nabawi
harus menguasai banyak jenis bacaan,” ujarnya.
Sementara, Guru Ngaji Tahfadzul,
Ridwan Umar SPDi merasa bangga dengan pencapaian anak didiknya. Menurutnya,
Tahfadzul anak yang cerdas dan berbeda dengan anak-anak lain.
“Daya tangkapnya cepat. Kemampuan
hafalannya sangat bagus dibanding anak-anak lain,” kata Ridwan.
Berkat prestasi Tahfadzul jadi berkah
juga buat Ridwan Umar. Ia mengaku, setelah Tahfadzul beberapa orang datang
menawarkan untuk dibimbing.
Banyak sekali yang datang menawarkan
anaknya untuk dibimbing, tapi ditolak,
mengingat jumlah santri sudah lumayan banyak.
‘’Bukan soal itu saja, yang utama
adalah masalah tenaga dan pikiran saya yang sudah tidak seperti dulu, jadi
harap maklum,” pungkasnya. (red)