Konjen RRT, Zhu Xinglong |
bimanews.id,
Bima-Komisaris Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (Konjen RRT) membidik potensi
Sumber Daya Alam (SDA) maupun pariwisata di Provinsi NTB. Hal itu diungkapkan Konjen
RRT, Zhu Xinglong saat konferensi pers melalui zoom mitting dengan sejumlah
wartawan NTB, Senin (26/9).
"Bali,
NTB dan NTT kaya akan sumber daya alam dan pariwisata. Memiliki potensi pengembangan
yang luar biasa," ucap Zhu Xinglong saat zoom mitting.
Hubungan
Tiongkok-Indonesia diakui, telah membuka peluang besar bagi kerjasama kedua
negara di tingkat daerah.
‘’Sejak
bertugas sebagai Konsul Jenderal RRT di Denpasar, saya aktif menjalin hubungan
baik dengan teman-teman Bali, NTB dan NTT,’’ akunya.
Berupaya mempromosikan
pertukaran dan kerjasama antara Tiongkok dan tiga provinsi tersebut di bidang
pencegahan pandemi, pendidikan, sosial budaya, dan kemakmuran masyarakat. Tidak
sia-sia upaya kami telah membuahkan hasil yang nyata.
Bali, lanjut
dia, telah menjalin atau sedang merundingkan hubungan sister province dengan
provinsi Hainan, Yunnan, Jiangxi China. NTB juga telah menjadi sister province
dengan Ningxia China.
Kedua belah
pihak memiliki ruang yang besar untuk kerjasama yang saling menguntungkan di
bidang pertanian, pariwisata, pendidikan dan pengentasan kemiskinan.
"Saya
senang juga melihat pemulihan berbagai industri dengan makin kondusifnya kondisi
pandemi Covid-19 di Indonesia," katanya.
Konsulat
Jenderal RRT di Denpasar bersedia untuk terus menjembatani persahabatan dan
kolaborasi antara Bali, NTB, NTT dengan Tiongkok. Sehingga dapat memberikan
lebih banyak keuntungan bagi masyarakat kedua negara.
73 tahun Perkembangan Tiongkok
Pada 1
Oktober 2022, akan menyambut HUT berdirinya Republik Rakyat Tiongkok ke-73.
Melihat kembali 73 tahun perjalanan RRT, Partai Komunis Tiongkok bersama dengan
rakyat Tiongkok terus maju dan berjuang, sehingga Tiongkok dapat mencapai
pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabilitas sosial dalam jangka panjang.
Selain
menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua, Tiongkok kini juga menjadi negara
dengan output manufaktur terbesar dan nilai perdagangan terbesar di dunia.
"Selama
10 tahun terakhir di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, pembangunan
ekonomi dan sosial Tiongkok berjalan pesat, taraf hidup masyarakat Tiongkok
juga meningkat seara signifikan," terangnya.
Di bidang
ekonomi, dari tahun 2012 ke tahun 2021, PDB Tiongkok meningkat dari 53,9
Triliun yuan menjadi 114,4 triliun yuan. PDB per kapita meningkat dari 6.300
dolar AS, menjadi 12.500 dolar AS.
Pada bidang
pemberdayaan masyarakat jelasnya, dalam 10 tahun terakhir, Tiongkok berhasil
mengangkat hampir 100 juta penduduk dari garis kemiskinan. Kemiskinan ekstrem
telah sepenuhnya dientaskan untuk pertama kalinya dalam sejarah Tiongkok.
"Tiongkok
juga telah membangun sistem asuransi kesehatan dasar dan asuransi hari tua
dasar dengan cakupan lebih dari 1 miliar orang," ungkapnya.
Di bidang
infrastruktur dan teknologi, selama satu dekade terakhir, panjang jalur kereta
api cepat di Tiongkok meningkat dari 10.000 km menjadi lebih dari 40.000 km.
Teknologi 5G, kendaraan energi baru, dan industry lainnya telah menduduki
peringkat teratas.
Selain itu,
terobosan-terobosan juga tercapai dalam penerbangan luar angkasa berawak,
eksplorasi mars dan sebagainya.
"Masyarakat
Tiongkok saat ini penuh semangat dan harapan. Kami sedang berjuang untuk
mewujudkan tujuan pembangunan seratus tahun sejak berdirinya RRT. Menjadikan
Tiongkok sebagai negara sosialis modern secara komprehensif pada pertengahan
abad ke-21," pungkasnya. (fir)