Jalan provinsi di Desa Soro, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima diblokade warga yang memprotes gas elpiji kemasan 3 kilogram langka, ditingkat pengecer di jual Rp 35 ribu per tabung, Selasa (9/8) |
bimanews.id, Bima-Puluhan warga dari beberapa desa di Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima memblokade jalan provinsi, tepatnya di depan Kantor Desa Soro, Selasa (9/8). Mereka protes gas elpiji 3 Kilogram (Kg) langka dan harganya Rp 35 ribu per tabung.
Aksi warga
itu dimulai pukul 09.00 hingga pukul 11.30 Wita. Jalan baru dibuka setelah
rombongan dari Bagian Ekonomi Setda Bima Haerul Jaya Muslimah, SH, Direktur PT
Bima Indah Gemilang Agus Rusmanto dan Manajer PT Putra Bima Raksasa Agung
Utama, Wildan tiba di lokasi.
Reaksi warga
dipicu peredaran gas elpiji subsidi pemerintah kemasan 3 Kg sulit ditemukan di
pangkalan. Mereka juga memprotes harga
jual di pengecer hingga Rp 35 ribu per tabung.
Warga Desa Soro,
Takim mengeluhkan, harga gas elpiji di
tingkat pengecer yang mahal. Saat ini rata-rata dijual Rp 35 ribu per tabung.
"Tadi pagi saya beli satu tabung seharga Rp 35 ribu," akunya di hadapan
wakil Bagian Ekonomi dan agen.
Hal senada
juga disampaikan Nadira dan Mukhlis soal
harga jual gas elpiji yang mencekik. ‘’Stok gas elpiji di pangkalan resmi hanya
sesaat. Begitu turun dari mobil agen langsung habis.
"Kita
hanya dapat gas elpiji di pangkalan kalau kebetulan ketemu saat bongkar. Setelah
itu pasti dikatakan habis. Mereka prioritas pada keluarga yang jadi
pengecer," duga Mukhlis.
Beberapa
bulan lalu, muncul reaksi serupa dari warga setempat soal harga elpiji yang
melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET). Saat itu antara pangkalan dengan warga
sepakati harga jual Rp 23 ribu per tabung.
Untuk
wilayah Kecamatan Lambu HET beda dengan wilayah perkotaan. HET di Kecamatan
Lambu sedikit naik.
"HET di
Lambu dari agen ke pangkalan 14.750 ribu dan dari pangkalan ke masyarakat 15.759
ribu," jelas Direktur PT Bima Indah Gemilang Agus Rusmanto kepada warga di
Lambu.
Bagian
Ekonomi Pemkab Bima, Haerul Jaya Muslimah, SH, meminta warga agar melaporkan
kepada pihaknya, bila ada pangkalan menjual
di atas HET.
"Laporkan
kepada kami disertai bukti. Nanti kami akan rekomendasikan izin usaha pangkalan
nakal itu dicabut," tandasnya.
Gas elpiji
subsidi jelasnya, diperuntukan pada
warga miskin dan pelaku UMKM. "Apabila masih ada warga yang tidak berhak
menggunakan elpiji subsidi, agar beralih
menggunakan elpiji non subsidi," harapnya.
Camat Lambu
Drs. M.Sidik, menilai ada mekanisme penyaluran yang salah yang harus
ditindaklanjuti dari penderitaan masyarakat yang belum ditunjukkan agen maupun
pemerintah daerah.
Pemilik
pangkalan Bahtiar, mengaku membeli ke agen seharga Rp 14.750 ribu per tabung
dan menjual ke masyarakat dengan harga Rp 22 ribu per tabung.
Pengakuan
Bahtiar ini menuai sorakan dari warga yang masih memadati halaman Kantor Desa
Soro itu.
Warga
meminta pemerintah dan agen mencabut izin pangkalan nakal yang menjual
melampaui HET itu.
Lain lagi pengakuan
pemilik pangkalan asal Desa Malayu, Sofiah. Dia malah membongkar praktek di
luar aturan oleh oknum supir dan kernet agen penyalur.
"Saya
kasih ke supir dan kernet 1.250 ribu per
tabung dan uang makan Rp 20 ribu," bebernya.
Hal itulah
kata dia yang menjadi alasan menaikan harga jual gas elpiji ke masyarakat.
"Banyak pengeluaran kita yang tidak terduga," tuturnya.
Puluhan
warga bubar dengan sendirinya setelah mencapai kesepakatan bersama dengan
pemilik pangkalan. Hasil kesepakatan yaitu harga jual Elpiji subsidi pada
masyarakat senilai Rp 20 ribu per tabung. (fir)