Ilustrasi |
bimanews.id,
Bima-Penyebaran kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Bima terus meningkat.
Dalam sehari sekitar 59 ekor sapi yang terjangkit.
Peningkatan
kasus PMK ini terjadi di wilayah Kecamatan Madapangga. Untuk di Kecamatan Bolo justru menurun.
"Di
Madapangga ada penambahan 59 ekor sapi yang positif terjangkit PMK," sebut
Kepala UPT Dinas Peternakan Madapangga, Abidin SPt dihubungi, jum’at (12/8).
Kasus PMK di
Bima pertama kali ditemukan di Desa Dena, Kecamatan Madapangga pada Rabu (3/8).
Hingga tanggal 10 Agustus, tercatat sebanyak 297 ekor sapi di desa
setempat terjangkit PMK.
Di Desa Rade
sebanyak 148 ekor dan Desa Bolo 23 ekor.
Total kasus PMK di Kecamatan Madapangga per 10 Agustus sebanyak 468 kasus.
Tanggal 11
Agustus 2022, hingga pukul 10.00 Wita,
ada penambahan kasus PMK terkonfirmasi positif 59 ekor. Totalnya menjadi 527 ekor untuk Kecamatan
Madapangga saja.
Penambahan
kasus PMK jelasnya, disebabkan sapi yang positif terjangkit PMK, berbaur dengan
sapi lain. "Untuk memutus mata rantai penyebaran PMK ini cukup sulit,
karena kebiasaan peternak melepas ternak secara liar,’’ katanya.
Solusinya, vaksinasi
terhadap sapi yang belum terjangkit PMK di sekitar areal pelepasan hewan
ternak. "Penyebaran virus PMK sangat cepat. Untuk Madapangga, tidak hanya di
Desa Dena, tetapi sudah menyebar ke desa lain," ungkapnya.
Sapi yang
berasal dari desa Dena berbaur dengan sapi dari Desa Rade, begitu juga
seterusnya. Sehingga penyebaran PMK cepat.
Semenjak
kasus PMK ditemukan, siang dan malam pihaknya melakukan pengecekan di lokasi pelepasan
ternak.
"Setiap
hari kita ke lokasi pelepasan ternak mengecek satu per satu, kemudian memberi
suntikan antibiotik dan vaksin," ujarnya.
Untuk sapi
warga yang di kandangkan tetap diperhatikan. Rutin disemprot dengan disinfektan
dan disuntik vaksin.
"Sekarang
ketersedian vaksin dan obat berkurang, sementara jumlah sapi yang terjangkit
PMK terus meningkat,’’ keluhnya.
Jumlah dosis
vaksin yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah ternak yang terjangkit. Dia
berharap, secepatnya vaksin didistribusi untuk mengantisipasi penyebaran PMK.
‘’Sapi di
wilayah yang belum terjangkit PMK perlu divaksin lebih awal untuk pencegahan,’’
harapnya.
Seperti di
Kecamatan Woha, saat ini belum ada temuan kasus PMK. Meski demikian, petugas
setempat tetap melakukan upaya pencegahan dengan sosialisasi, semprot
disinfektan dan mendatangi Rumah Potong Hewan (RPH).
"Hewan dari
luar desa yang masuk ke RPH Desa Tente diperiksa ketat, baik surat maupun
kondisi ternak," sebut Kepala UPT Dinas Peternakan Woha, Ridwan SPT
dihubungi.
Kasus PMK jelasnya,
tidak berbahaya bagi manusia. "Bagi hewan ternak sangat berbahaya, bisa
menyebabkan kematian,’’ terangnya.
"Setah
kita rutin periksa dan memberi vaksinasi maupun suntikan antibiotik, sudah ada 6
ekor yang sembuh," aku Kepala UPT Dinas Peternakan Bolo, Herman SPT dihubungi, Jum’at (12/8).
Untuk 16
ekor sapi lain yang masih positif telah dikarantina di kandang, diawasi setiap
saat oleh petugas kesehatan hewan.
Di Kecamatan
Bolo, baru Desa Tambe yang diidentifikasi muncul PMK. Meski demikian, desa lain
di Kecamatan setempat tetap dipantau. (fir)