Pekerjaan proyek apsal jalan, asppirasi anggota dewan Provinsi NTB di Desa Rade, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima sudah mulai rusak, padah masa kontrak belum berakhir, Ahad (17/7) |
BimaNews.id,
Bima-Pekerjaan proyek aspal Lapen di Desa Rade, Kecamatan Madapangga, Kabupaten
Bima bersumber dari APBD Provinsi NTB
tahun 2022 diduga melenceng dari kontrak.
Proyek
senilai Rp 190 juta dari aspirasi anggota DPRD Provinsi NTB, Ahmad Dahlan
utusan Hanura itu menggunakan sirtu sebagai lapisan bawah badan jalan. Seharusnya
Lapis Pondasi Atas (LPA) sesuai kontrak.
Selain itu,
pekerjaan yang belum berakhir masa kontraknya itu kini sudah rusak. Pada STA 0,
titik awal bergelombang, dengan ketebalan aspal lapen patut dipertanyakan.
Konsultan
pengawas, Sirajudin dihubungi via WhatsApp, Sabtu (16/7) membenarkan pekerjaan
Lapen di Desa Rade ada yang sudah rusak.
"Memang
benar itu. Kita sudah menyuruh penyedia jasa untuk memperbaiki ulang," katanya.
Kerusakan jalan
kata dia, disebabkan kualitas pekerjaan. Apalagi pada titik yang rusak terdapat
beban tinggi.
"Yang
rusak tepatnya ditanjakan, bertepatan dengan belokkan. Aspal baru selesai
langsung digunakan untuk lalu-lalang," tuturnya.
Ditanya
penggunaan sirtu pada hamparan badan yang seharusnya menggunakan LPA, diakui
Sirajudin. "Memang sirtu yang digunakan, bukan LPS. Kita sudah tegur
kontraktornya dari awal, tapi tidak ditanggapi," katanya.
Untuk
pekerjaan Lapen di Desa Kara, Kecamatan Bolo, diakui ada kekurangan hamparan
aspal pada bagian pinggir di beberapa titik.
Proyek
aspirasi dari anggota DPRD Provinsi NTB utusan partai Hanura itu dikerjakan CV
Keysha Jaya Abadi dengan nilai kontrak Rp 143.132.000 juta.
Kata dia,
kekurangan itu telah disampaikan kepada kontraktor agar ditambah.
"Kita
tidak akan pernah mau melakukan PHO apabila kekurangan aspal di Kara belum
ditangani. Begitu pula yang di Rade, harus diperbaiki yang rusak sebelum
PHO," tegasnya.
Direktur CV
Keluarga, Dayat membenarkan ada bagian pekerjaan aspal yang telah rusak."Tapi
sudah kita perbaiki," katanya ditemui di lokasi pekerjaan, Sabtu (16/7).
Dia juga
mengakui, pengerasan badan jalan menggunakan sirtu meski dalam kontrak harusnya
menggunakan jenis LPA.
Penggunaan sirtu
dilakukan secara sporadis pada bagian badan jalan yang bergelombang."Sirtu
itu kita hampar lalu dipadatkan dengan walas, baru kita mulai proses
aspal," jelasnya.
Pantauan di lokasi pekerjaan, pada STA 0 kondisi jalan yang sudah diaspal tetap bergelombang. Ketebalan aspal rata rata 4 sampai dengan 5 centimeter.
Secara
teknis, pekerjaan aspal perlu dilakukan pembentukan badan jalan menggunakan
agergat ukuran 5x7 centimeter. Kemudian pemadatan dengan walas.
Setelah
diprimkop dengan aspal cair yang sudah dicampur minyak tanah, baru dihampar
lagi batu agregat yang diproduksi stokclaser.
Kemudian
digilas hingga padat dan diprimkop baru dihampar lagi batu agregat ukuran 2x3
centi meter. Hal itu dilakukan hingga pada tahap akhir menghampar pasir.
Dayat
mengaku, tidak menggunakan batu agregat ukuran 2x3 centimeter, tapi langsung ukuran
1x2 centimeter dan hamparan pasir sebagai pekerjaan akhir.
"Memang
kita tidak menggunakan batu pecah ukuran 2x3 karena menurut konsultan pengawas
tidak ada dalam RAB. Anggaran untuk itu dialihkan untuk menambah ukuran panjang
pekerjaan," ujarnya.
Dalam
kontrak, pekerjaan Lapen dilakukan sepanjang 330 meter. Kata Dayat, pekerjaan
telah dilaksanakan sesuai kontrak.
"Sudah
diperiksa oleh tim dari Provinsi beberapa hari lalu. Mereka bilang hasilnya
bagus," sebutnya.
Dayat
menambahkan, hasil pekerjaan itu belum dilakukan PHO dan masih ada masa pemeliharaan
selama 60 hari kalender sejak masa kontrak berakhir.
Dia mengeluh
soal arahan penggunaan alat berat yang mengharuskan menyewa milik PUPR.
"Pekerjaan kita harus tertunda karena giliran lowong walas dari
PUPR," imbuhnya.
Menurut
Sirajudin, tidak ada arahan apalagi paksaan penyedia jasa untuk menggunakan
alat berat milik PUPR. "Silakan menggunakan alat berat mana saja,"
tampiknya.
Pelaksana
pekerjaan, Sahmi yang dikonfirmasi via pesan WhatsApp, Ahad (17/7) mengaku
belum menerima informasi dari konsultan pengawas kaitan kekurangan hamparan
aspal itu.
"Saya
belum dapat info dari konsultan. Sekarang saya masih di Mataram," akunya.
(fir)