Wakil Bupati Bima, Drs. H.Dahlan, H.M.Noer (tengah) dan Wakil Keua DPRD Kabupaten Bima, M. Aminurlah SE (kiri) menjadi pemateri pada dialog interaktif , Minggu (3/7) |
BimaNews.id, Bima-Langkah nyata untuk membangun Bima Ramah masih dinantikan. Sehingga tidak muncul ansumsi, bukan sekadar narasi dan tulisan saja.
Hal itu
disampaikan dalam dialog interaktif luar studio RRI Mataram Keling yang
disiarkan live dengan topik ‘’Sinergi Membangun Kabupaten Bima yang Ramah di
SMAN I Palibelo’’, Minggu (03/07).
Pada sesi
dialog, Wakil Bupati Bima, Drs. H.Dahlan H.M. Nur, menyampaikan sejarah dan motto Bima
Ramah. Kata dia, karena ada kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.
Pada periode
pertama memimpin Kabupaten Bima, motto itu diibaratkan sebagai mimpi pada siang
hari. "Maka pada periode kedua ini, motto Bima Ramah dillanjutkan,"
jelasnya.
Wakil Bupati
menyampaikan, kualitas SDM perlu ditingkatkan dengan mutu pendidikan yang
dimulai dari peningkatan pendapatan guru.
"Jika
ingin pendidikan yang baik, guru dulu yang harus dibenahi dengan meningkatkan
pendapatan. Tetapi, ada juga guru yang menggadaikan mata pelajaran kepada
tenaga sukerela. Semuanya butuh proses," imbuhnya.
Wakil Bupati
memaparkan tentang potensi maupun produk unggulan yang akan dikembangkan
pemerintah.
Pada sektor
pertanian, ikan bandeng diakuinya yang terbaik di antara yang baik di seluruh
Indonesia.
Sektor
pertanian, seperti bawang merah dan garam tetap menjadi produk unggulan yang
menjadi primadona warga luar daerah.
"Kita
ada gagasan untuk membangun investasi garam. Bawang merah dan garam di daerah
lain tidak seperti yang ada di Bima," tandasnya.
Wakil Ketua
DPRD Kabupaten Bima, M. Aminurlah, SE menyampaikan, bersinergi dalam membangun
Bima Ramah selama ini merupakan impian banyak pihak.
"Bukan
hanya narasi, bukan juga sekadar tulisan,’’ katanya.
Zaman Bupati
sebelumnya sebut pria yang akrab disapa Maman ini, ada Jum'at khusyu. Saat
Jum'at, aktivitas kendaraan dihentikan.
Untuk
menunjang semua program pemerintah dalam konsep Bima Ramah, banyak hal telah
dilakukan.
"Bidang
religius, kita terbitkan Perbub yang mengatur kegiatan keagamaan. Diantaranya
pesantren sehari dan salat subuh berjamaah," urainya.
Kebijakan
politik pemerintah tmasih carut marut, terutama untuk pengembangan pusat ibu kota Kabupaten Bima. Meski
telah 20 tahun pindah di Kecamatan Woha, namun belum terlihat upaya serius
pemerintah untuk membangun ekonomi masyarakat setempat.
"Jangan
biarkan masyarakat kabupaten belanja ke kota Bima. Jadikan sektor ekonomi baru
di Woha. Penerang jalan diperhatikan, jangan biarkan pembangunan di Woha itu
liar,’’ sorotnya. (fir)