BimaNews.id, Bima-Covid-19 belum tuntas, kini muncul Difteri. Merupakan jenis penyakit purba, menular, berbahaya dan mematikan.
Penyakit ini mulai menyerang bapak dan anak di Kabupaten Bima. Kasus ini pertama kali teridentifikasi pada pasien M Alim, 9 tahun dengan gejala batuk.
Saat ini sedang menjalani perawatan medis di RSUD Bima. Hasil diagnosa dan cek laboratorium dinyatakan positif mengidap Difteri.
Sementara bapaknya A. Hafid, 39 tahun diketahui kontak erat dengan M Alim, setelah dicek laboratorium hasilnya, juga positif Difteri.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima, Ahmad, S.Sos membenarkan ada pasien di RSUD Bima yang menderita jenis penyakit Difteri. "Benar positif terjangkit penyakit Difteri," katanya dihubungi via pesan WhatsApp, Jumat (29/7).
Terungkapnya jenis penyakit purba yang menular ini informasi dari bagian IGD RSUD Bima pada 11 Juli lalu sekitar pukul 16.00 Wita. Menyebutkan ada pasien bernamw M. Alim, 9 tahun asal Desa Rite, Kecamatan Ambalawi.
Terhadap informasi itu, langsung koordinasi dengan pihak RSUD Bima untuk mengambil sampel darah pasien.
"Karena tidak ada alat dan bahan untuk pengambilan sampel sehingga tidak dapat langsung dilakukan," tuturnya.
Pihaknya lantas koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB terkait temuan suspek penyakit purba itu.
"Tanggal 12 Juli Dinas Kesehatan Provinsi NTB mengirim alat dan bahan untuk pengambilan sampel pasien suspek," terangnya.
Sehari kemudian, kembali koordinasi dengan pihak RSUD Bima untuk pengambilan sampel.
"Sampel telah diambil oleh dokter patologi klinik RSUD Bima terhadap 6 orang," sebutnya.
Untuk pasien M. Alim diambil 3 sampel, ayahnya A. Hafid ada 2 sampel, ibu pasien 2 sampel, kakak pasien 2 sampel, dan seorang Tenaga Kesehatan (Nakes) yang merawat pasien 2 sampel.
"Sampel dikirim pada hari itu juga," sebutnya.
Sebelum pengambilan sampel, pasien suspek Difteri telah diberikan antibiotik eritromicin.
"Kita melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap suspek Difteri untuk mengetahui awal mulanya," ujarnya.
Pukul 14.00 Wita tanggal 25 Juli, pihaknya memperoleh hasil pemeriksaan, ayah pasien A. Hafid positif toksigenik Difteri.
"Selanjutnya kita menyampaikan kepada Puskesmas Penanae untuk melakukan KIE terkait hasil laboratorium ini," jelasnya.
Tanggal 26 Juli Dinas Kesehatan dan Puskesmas Penanae melakukan penyelidikan epidemiologi, penulurusan kontak erat sekaligus pengambilan sampel, dan pemberian vaksin DT (Difteri Tetanus)
"Pada 27 Juli kami lakukan penilaian cakupan imunisasi (RCA) di sekitar rumah pasien dengan memberikan obat profilaksis untuk kasus dan kotak erat se rumah," paparnya.
Penyakit Difteria disebabkan oleh bakteri, dan penularannya cepat.
"Memang penyakit ini sudah lama tidak muncul. Kalau ada 1 kasus sudah dikategorikan sebagai kejadian luar biasa (KLB)," ungkapnya.
Meski demikian, dia tidak menjelaskan apakah status Kota Bima telah ditetapkan KLB atas temuan kasus Difteri itu.
"Gejalanya panas, batuk pilek, ada bercak putih pada tenggorokan kalau disentuh mudah berdarah," jelasnya.
Apabila ada pasien dengan gejala serupa dan dicurigai mengidap Difteri, agar diberi suntikan antiibiotic spectrum luas (Eritromicyn).
"Tingkatkan asupan gizi, istirahat yang cukup untuk meningkatkan imunitas. Kalau tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kematian," tambahnya.
Direktur RSUD Bima, dr. Ikhsan, yang dihubungi via pesan WhatsApp, belum bisa memberikan penjelasan kaitan pasien positif Difteri itu.
"Nanti hubungi langsung dokter yang merawatnya untuk lebih detailnya," sarannya dihubungi, kemarin. (fir)