Ilustrasi |
Dari 20
kasus baru HIV dan AIDS, 1 pasien meninggal dunia. Baru diketahui terjangkit
setelah menderita AIDS stadium 4.
"Untuk
tahun 2022 kita sudah menemukan 20 kasus baru HIV dan AIDS. Ini kasus
terbanyak, biasanya setahun itu hanya belasan kasus saja," kata Kepala Dinas
Kesehatan (Dikes) Kota Bima Ahmad, S.Sos kepada media ini, Kamis (23/6)
20 kasus HIV
dan AIDS tersebut, hasil skrining kesehatan, tercatat 11 orang laki-laki dan 9 perempuan.
Penderita tersebar
pada 5 kecamatan di Kota Bima dengan profesi yang berbeda-beda. Ada ibu rumah tangga (IRT) hingga pegawai
pemerintahan.
Orientasi
seksual 20 orang ini, 12 orang
heteroseksual atau berhubungan badan normal laki-laki dan perempuan. Sedangkan
8 orang homoseksual.
"Setiap
tahun tetap ada temuan kasus, tapi paling banyak tahun ini. Kalau tahun 2021 di
bawah 20 kasus. Tahun ini, 1 semester saja sudah 20 kasus," jelasnya.
Meningkatnya
temuan kasus ini menyusul upaya skrining kesehatan 2 tahun terakhir di Kota
Bima.
"Semua
fasilitas kesehatan pada 5 kecamatan sudah memiliki alat pemeriksaan virus HIV
dan penyakit menular seksual lain," paparnya.
Untuk 20
orang penderita ini, 14 orang diantaranya positif HIV stadium I. Sehingga
interaksi social mereka masih seperti biasa.
Sementara 6
orang lain menderita AIDS. Sudah mulai muncul gejala berat badan mulai
berkurang, batuk-batuk dan bintik pada organ vital.
Pihak Dikes
tidak bisa membatasi ruang gerak penderita HIV dan AIDS untuk menekan penularan
di tengah masyarakat.
Dikes katanya,
hanya mengintensifkan sosialisasi agar masyarakat tetap waspada terhadap bahaya
penyakit tersebut.
"Tidak
bisa kita karantina penderita HIV seperti pasien Covid-19 atau TBC yang menular
melalui undara. Penularan HIV ini
melalui darah, cairan kelamin dan air susu," jelasnya. (fir)