Tumpukkan karung yang memperlihatkan stok jagung yang melimpah di halaman PT Santosa Utama Lestari (SUL) Unit Madapangga, Kamis (2/6) |
BimaNews.id, BIMA- Penyaluran jagung kering pipil di PT Santosa Utama Lestari (SUL) Unit Madapangga Kabupaten Bima sempat terjadi kericuhan antara suplayer dengan manajemen perusahaan, Kamis (02/06).
Kericuhan terjadi karena pengetatan penerimaan jagung oleh perusahaan dengan kadar air 20 persen. Sedangkan, jagung yang dibawa para supplier ada yang sesuai, ada juga di atas itu.
"Tadi itu salah paham saja. Dari awal sudah kami jelaskan, hari ini hanya menerima jagung kering pipil dengan kadar air maksimal 20 persen," kata Humas PT SUL Unit Madapangga Isnaini, Kamis (2/6)
Sementara, lanjut dia, jagung yang dibawa para suplayer dengan kadar air yang beragam.
"Ada juga yang kadar airnya 20 persen, dan ada juga yang di atas itu. Jagung suplayer yang kadar airnya 20 persen tetap kita ambil, sedangkan di atas 20 persen kita tidak ambil," jelasnya.
Pengetatan kadar air itu kata Isnaini, karena saat ini gudang penampung sudah over kapasitas.
"Suling (mesin pengering) juga sudah tidak mampu menampung jagung sehingga kita harus membeli jagung yang sudah benar-benar kering," terangnya.
Gudang over kapasita disebabkan hasil jagung petani melimpah. Sementara kapal belum bisa menyandar di pelabuhan Bima.
"Harusnya stok jagung yang ada sudah kita kirim ke pabrik induk di Jawa, karena belum ada kapal sehingga stok jagung di gudang menumpuk," sebunya.
Pantauan
media ini, puluhan truk pengangkut jagung masih bertahan di areal parkir PT SUL
Bima. Puluhan lainnya memilih meninggalkan lokasi PT SUL.
Kaitan pemandangan tersebut, Isnaini mengaku, lumrah terjadi.
"Yang
masih parkir, menunggu giliran ditimbang dan yang pulang ada banyak macam alasan.
Seperti kadar airnya tidak sesuai spek.
Ada juga yang sudah bosan karena lama menunggu," katanya. (fir)