Fenomena limbah buih berwarna kecoklatan seperti jeli yang menutup beberapa titik di perairan Teluk Bima pada April lalu |
BimaNews.id, BIMA-Fenomena yang terjadi di Teluk Bima pada April lalu, berupa buih berwarna coklat menarik perhatian banyak pihak. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengambil sampel pada 5 titik pada Kamis (28/4) untuk diteliti.
Pengambilan
sampel ini berkoordinasi dengan Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) ITB dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Tim juga
dibantu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima,” ujar Pakar Rekayasa Air dan
Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Prof. Dr. Ing. Ir.
Prayatni Soewondo, MS saat zoom meeting, Selasa (14/6).
“Hasil foto
satelit diambil Tim ITB menunjukkan, fenomena terjadi dalam kurun waktu pendek.
Tidak terlihat satu minggu dari puncak kejadian,” bebernya pada zoom dengan
tema, Kajian Bencana Pencemaran di Teluk Bima.
Fenomena
buih jelasnya, terjadi saat komponen air
laut yang diganggu angin dan ombak sehingga muncul buih. Buih dapat berwarna
kecoklatan, sering disebabkan fitoplankton.
“Untuk
memastikan kandungan buih ini perlu diuji lebih lanjut,” akunya.
Sedangkan
pengujian air laut pada 5 titik (tiga garis pantai dan dua sungai, red)
menunjukkan hasil yang relatif konsisten. Pengujian laboratorium memperlihatkan
beberapa komponen yang melebihi baku mutu dan ditemukan alga golongan diatom.
“Ditemukan
juga kandungan toksisitas (Kandungan bahan aktif, red) lebih besar pada air
laut dibandingkan dengan air sungai,” jelasnya.
Indikasi
sumber pencemaran dapat dikelompokkan menjadi tiga katanya. Limbah domestik (N,
P, organik dan coliform). Pertanian dan perikanan (N dan P) serta logistik oil
(TPH, toluene, serta oil and grease).
Selain
sumber pencemaran tersebut, fenomena ini bisa dipengaruhi juga geografis Teluk
Bima dan global warming. Riset skala global mengenai pencemaran algae blooming
di berbagai negara juga menunjukkan sekitar 76 persen.
Kejadian algae
blooming/seasnot terjadi di area semi enclosed sea (Laut yang setengah
tertutup, red). Sehingga Teluk Bima memang rentan berpotensi mengalami fenomena
tersebut.
“Dari data
yang ada saat ini, fenomena Teluk Bima disebabkan oleh kegiatan multi sektoral.
Sebab kondisi ini pernah terjadi di berbagai belahan dunia lain. Diantaranya di
Washington, Belanda maupun Turki,” pungkasnya. (nk)