Pasar Lebaran di kawasan Amahami Kota Bima disesaki pengunjung, Rabu malam (27/4). |
Sejak pukul
19.00 Wita Pasar Ramadan sudah dipadati warga. Pengunjung mulai sepi antara
pukul 23.00 hingga 00.30 Wita.
Supratman,
penjual pakaian di Pasar Ramadan Amahami mengatakan, barang daganganya laris
manis sejak hari pertama dibuka. Dia berharap kondisi itu terus berlangsung
hingga pasar lebaran ditutup.
"Alhamdulillah lumayan banyak yang laku. Setiap hari bisa dapat omzet Rp 2 hingga Rp 3 juta," akunya disela melayani pembeli, Rabu malam (27/4).
Berbeda
dengan pendapatan saat jualan di Pasar Tente, Kecamatan Woha. Sepi pengunjung,
paling banyak laku setiap hari sekitar Rp
800 ribu.
Pakaian yang
dijual, diambil dari Jakarta tiga pekan
lalu. Selain murah, kwalitasnya tidak
kalah dengan daerah lain.
"Setiap
tahun saya selalu order barang di sana. Paling banyak saat bulan Ramadan," beber anggota BPD Desa
Nisa, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima ini.
Untuk bisa
menjual di pasar lebaran ramadan, ia harus merogoh kocek Rp 600 ribu untuk
membayar satu lapak. Ditambah bayar listrik Rp 10 ribu dan uang kebersihan Rp 5
ribu setiap hari.
Senada diakui Niningsari, penjual pakaian muslim. Setiap malam ia bisa raup hingga Rp 1 juta. Paling banyak laku pakaian anak-anak.
"Pembeli
kebanyakan dari kabupaten Bima. Itu
terdengar logatnya," sebut warga Kelurahan Tanjung, Kota Bima ini.
Dengan
larisnya pakaian yang dia jual, Nining
mengaku tidak rugi membayar lapak Rp 600 ribu ke panitia.
"Semoga
tidak seperti tahun kemarin, lapak kami dibongkar baru dua hari jualan karena
alasan Covid-19," harapnya. (jul)