Minyak Goreng |
BimaNews.id, KOTA BIMA- Sejumlah pedagang di Kota Bima ‘’meradang’’ dengan mahalnya minyak goreng saat ini. Mereka makin khawatir harga minyak goreng makin tidak terkendali menjelang masuk bulan Suci Ramadan, April mendatang.
Keluhan itu diungkapkan pedagang nasi dan gorengan
yang banyak menggunakan minyak goreng. Seperti
disampaikan Yuning, penjual nasi dan lauk pauk. Dia khawatir harga minyak
goreng akan terus naik jelang bulan suci
Ramadan.
"Kami
yang jualan seperti ini, sangat bergantung kepada minyak goreng," katanya,
Senin (21/3).
Jika hanya
untuk konsumsi rumah tangga, bagi dia harga minyak goreng tidak terlalu berpengaruh.
Berbeda dengan pedagang yang menjual makanan serba matang. Minyak goreng
menjadi kebutuhan utama.
"Ndak
ada konsumen yang mau makanan direbus. Sayur ya ditumis, semuanya butuh minyak
goreng," sebutnya.
Dengan harga
minyak goreng yang mahal saat ini, ia kebingungan mengatur bagaiman cara untuk
mendapatkan keuntungan. Mau naikan harga, khawatir pelanggan lari.
"Kami
sekarang bukan cari untung, tapi sekadar bertahan untuk hidup," akunya.
Keluhan sama
disampaikan Sri, pedagang gorengan. Ia mengaku dilema dengan mahalnya harga
minyak goreng saat ini.
"Saya
kemarin beli minyak goreng Rp 45 ribu rupiah kemasan dua liter," akunya.
Untuk
menyesuaikan dengan harga minyak yang mahal, Sri sempat ingin memperkecil
ukuran gorengan yang dijual. Namun lagi-lagi dikhwatirkan tidak laku.
"Nggak
dikurangi saja ukurannya, sudah kurang laku. Apalagi saya kurangi ukuran, pasti
lebih tidak laku lagi. Ya udah, pasrah saja," ungkapnya.
Dengan
kondisi saat ini, ia tidak bisa berbuat banyak. Melainkan tetap berjualan.
Paling tidak dari hasil jualan tersebut bisa untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
"Sebentar
lagi ramadan, entah mau jualan apa lagi dengan harga minyak goreng yang mahal
seperti sekarang. Mau jual takjil-takjil butuh juga minyak goreng,"
keluhnya (jul)