Teguh Santoso foto bersama dengan pengurus PPIK |
BimaNews.id, JAKARTA-Perhimpunan Persahabatan Indonesia dan Korea Utara (PPIK) memasuki era baru. Dalam rapat yang digelar Senin siang (14/2) di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, telah diputuskan pergantian pucuk pimpinan organisasi yang didirikan almarhumah Rachmawati Soekarnoputri itu.
Teguh
Santosa yang sejak 2009 menduduki posisi Sekretaris Jenderal dalam rapat
tersebut ditetapkan sebagai Ketua Umum. Adapun Ristiyanto yang digantikannya
kini menempati posisi Ketua Dewan Pembina mengisi kursi kosong Rachmawati
Soekarnoputri yang meninggal dunia bulan Juni 2021 lalu. Didampingi Eko Surjo
Santjojo.
Rapat
digelar sebelum pembukaan e-seminar dan pameran foto virtual untuk mengenang 80
tahun Kim Jong Il, salah seorang tokoh penting Korea Utara yang adalah ayah
dari pemimpin Korea Utara saat ini Kim Jong Un.
Hasil rapat
PPIK dilaporkan Ristiyanto kepada Duta Besar Republik Rakyat Demokratik Korea
An Kwang Il usai pembukaan e-seminar dan pameran foto virtual tersebut.
“Perhimpunan
Persahabatan Indonesia dan Korea Utara, seperti halnya Universitas Bung Karno
(UBK) adalah buah dari pikiran dan idealisme almarhumah Ibu Rachmawati yang
harus terus kita lestarikan,” ujar Ristiyanto dalam laporannya kepada Dubes An
Kwang Il.
Dia
mengatakan, dirinya percaya PPIK akan semakin berkibar di bawah kepemimpinan
Teguh Santosa. Apalagi, dia menambahkan, selama ini Teguh memainkan peranan
yang tidak kecil di balik berbagai kegiatan dan kampanye yang dilakukan PPIK.
Selain itu, Teguh Santosa juga dikenal luas di komunitas persahabatan Korea
Utara di dunia.
Turut hadir
dalam pertemuan itu, Rektor UBK, DR. Didik Suhariyanto.
Akan Semakin Terbuka
Teguh
Santosa mengatakan, setelah ini PPIK akan semakin membuka diri bagi generasi
muda, khususnya mahasiswa yang ingin memperdalam pemahaman mengenai kawasan dan
situasi di Semenanjung Korea.
PPIK
didirikan Rachmawati Soekarnoputri pada tahun 2001, setelah kunjungan ke
Pyongyang setahun sebelumnya. Sebagai putri Bung Karno dia ingin "menghidupkan" kembali hubungan kedua negara setelah era Orde Baru.
Di era Bung
Karno, hubungan Indonesia dan Korea Utara sangat erat. Pendiri Korea Utara Kim
Il Sung berkunjung ke Indonesia di bulan April 1965. Salah satu cerita yang
populer dari kunjungan itu adalah tentang bunga anggrek yang diserahkan Bung
Karno kepada Kim Il Sung. Oleh Bung Karno anggrek dendrobium itu diberi nama
Bunga Kimilsung.
Kunjungan
Kim Il Sung yang didampingi Kim Jong Il di tahun 1965 itu adalah balasan atas
kunjungan Bung Karno di bulan November 1964.
Itu adalah
era di mana pemerintahan Bung Karno memperkenalkan Poros
Jakarta-Peking-Pyongyang sebagai arah politik luar negeri Indonesia di kawasan.
Setelah kekuasaan Bung Karno berakhir, cerita manis Indonesia dan Korea Utara
pun pudar.
Teguh
Santosa bergabung dengan PPIK sejak organisasi itu berdiri. Pada tahun 2003,
Teguh menjadi utusan khusus Rachmawati untuk menghadiri satu pertemuan di
Pyongyang.
Di tahun
2015 Teguh kembali mengunjungi Korea Utara sebagai utusan khusus Rachmawati
Soekarnoputri. Kali ini dia menyerahkan penghargaan Star of Soekarno untuk Kim
Jong Un yang diserahkan kepada Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat Korea
ketika itu, Kim Yong Nam.
Di bulan
April 2018 Teguh Santosa berperan besar dalam konser perdamaian yang digelar di
Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) bersama pendiri Museum Rekor Indonesia-Dunia
(MURI) Jaya Suprana. Konser perdamaian itu menampilkan pianis cilik dari Korea
Utara, Coe Jang Hung, dan mendapatkan sambutan meriah.
Tidak hanya
di Korea Utara, Teguh juga aktif membicarakan perdamaian di Semenanjung Korea
di Korea Selatan. Pada Maret 2019, misalnya, ia berbicara mengenai peranan
media dalam perdamaian di Semenanjung Korea dalam konferensi yang
diselenggarakan Asosiasi Wartawan Korea Selatan di Seoul.
Dalam
kesempatan itu, Teguh mengimbau agar siapapun yang berusaha untuk memahami
situasi yang terjadi di Semenanjung Korea melepaskan “combative lens” atau
kacamata tempur yang cenderung melihat berbagai hal dari sudut pandang
konflik.
Sejak Mei
2021 Teguh dipercaya menjadi Direktur Biro Informasi Publik Komite Asia-Pasifik
untuk Reunifikasi Damai Korea Korea (APRCPRK), dan kini juga aktif di Organizing
Committee of International Festival in Praise of the Great Persons of Mt.
Paektu (OCIFPGPP). (red)