H Abas keliling jualan tanpa memakai alas kaki ditemui di Desa Mpili, Kecamatan Donggo, Selasa (25/1). |
BimaNews.id, BIMA-Bagi warga Kecamatan Donggo dan Soromandi, nama H Abas atau biasa disapa Aba atau Iba tidak asing. Pria yang sudah puluhan tahun sebagai penjual pakaian keliling ini sudah akrab bagi mereka.
H Abas telah menjalani pekerjaan
sebagai penjual keliling sejak tahun 1976. Selama ini bapak 67 tahun tidak
pernah mengenakan sandal. Padahal setiap hari jalan kaki, keluar masuk kampung
menjajakan barang dagangannya.
Warga Dusun Langgentu, Desa O'o,
Kecamatan Donggo ini mengaku sudah
terbiasa jalan tanpa alas kaki. "Sudah
terbiasa saya jualan seperti ini. Berjalan sambil memikul barang jualan, keliling tanpa alas kaki,’’ katanya ditemui,
Selasa (25/1) saat menjajakan barangnya di Desa Mpili, Kecamatan Donggo.
Setiap hari katanya, dia keluar rumah untuk menjual sekitar pukul
07.00 Wita. Kemudian pulang istirahat sekitar pukul 11.00 Wita. Sekitar pukul 14.00 Wita keluar lagi, hanya keliling
sekitar kampung di Dusun Langgentu atau dusun tetangga di Desa Oo.
Barang yang dijual, berupa pakaian. Seperti
baju, celana, tikar, sepatu dan lain-lain. Setiap barang dia hanya ambil untung Rp 20 ribu per lembar.
"Tergantung juga, kadang saya ambil untung Rp 10 atau Rp 5 ribu per lembar. Kadang pula saya jual kembali sesuai modal kalau barang sudah lama tidak laku,’’
bebernya.
Barang yang laku diakui tidak banyak.
Kalau lagi ramai, omzetnya bisa Rp 1 juta, kalau lagi sepi, tidak ada yang
laku.
Namun H Abas tidak pernah berpikir
untuk alih pekerjaan. Meski tidak banyak untung, dia mengaku nyaman dengan
pekerjaan itu.
Apalagi katanya, pakaian yang dia jual
itu dia ambil dari sejumlah pedagang di pasar Sila, Kecamatan Bolo. H Abas
hanya menjualnya, jika tidak laku bisa dikembalikan.
Dari hasil sebagai penjual keliling
itu, H Abas bisa menafkahi isteri dan tujuh orang anak. Bahkan satu diantaranya
berhasil menjadi anggota TNI.
Sedangkan 6 orang anaknya yang lain, ada yang menjadi pedagang sepertinya.
Selain jualan jualan, dia juga bertani
jagung. Untuk tanaman jagung diurus istrinya
Maemunah. Ia hanya fokus jualan keliling.
"Tidak bisa saya tinggalkan
jualan seperti ini. Sudah menjadi kebiasaan. Mungkin kalau sudah tidak kuat
jalan, saya istirahat jualan," katanya.
Menjadi penjual keliling telah
dijalaninya sejak duduk di bangku SMP sekitar tahun 1976 silam. Saat itu, ia menyukai
pelajaran ekonomi, tentang usaha.
Karena sering membaca buku ekonomi
usaha, ia coba membuka jaringan dengan mendekati para pedagang di Pasar Sila.
Beberapa hari kemudian, ia menemukan pemilik toko yang mempercayainya.
Seiring berjalannya waktu, banyak
pemilik toko yang mempercayainya hingga saat ini. Praktis dia sama sekali tidak
mengeluarkan modal untuk usahanya tersebut. (ar)
Mohon maaf bisa di refisi sedikit kah artikel nya
BalasHapus1. Beliau belum Haji
2. Beliau tidak punya anak yang jadi TNI. Kalau keponakan beliau ada.
Mohon di refisi ya. ( Saya menantunya)
Mohon maaf pak admin: Saya mewakili keluarga merasa keberatan dengan dimuatnya berita ini dengan judul seperti itu. Dari sisi judulnya saja ini tidak sepenuhnya benar. Jika inginkan kontennya sbg motivasi dan inspirasi bagi yang lain. Mohon dikedepankan saja terkait kegigihan dan kejujuran beliau dalam usaha yg digelutinya sejak kecil. Jangan mengangkat dari sisi beliau tdk memakai sandal. Sekiranya berita ini tolong diganti judul dan direvisi dari sisi kontennya. Saya mewakili keluarga beliau. Masniati (Keponakannya)
BalasHapus