Desi Putri Ramadhan wisudawan terbaik IAIM Bima bersama Ibunya Roiyah pasca pengukuhan, Sabtu (18/12). |
BimaNews.id, KOTA BIMA-Desi Putri Ramadhan, 22 tahun dinobatkan sebagai wisudawan terbaik pada wisuda IAIM Bima angkatan ke VII, Sabtu (18/12).
Mahasiswi
Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) itu berhasil mengungguli 198 wisudawan dan
wisudawati lain. Dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,78, kategori cumlaude.
Ditemui
pasca pengukuhan, mahasiswi berparas cantik ini mengaku kaget ketika namanya
disebut sebagai wisudawan terbaik. Dia tidak pernah membayangkan bakal menempati
posisi nomor wahid.
"Awalnya
kaget aja ketika diumumkan. Tapi alhamdulilah, saya sangat bersyukur sekali
dengan capaian ini," kata gadis asal Kelurahan Santi, Kecamatan Asakota,
Kota Bima.
Prestasi
yang kerap diimpikan wisudawan itu berkat ketekunannya dalam belajar, selama
menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang dipimpin, Hendra MSi.
Bahkan
berkat ketekunanya itu, Desi selalu menempati posisi pertama, dengan nilai
tertinggi di kelas. Mulai dari semester dua hingga akhir studi. Bahkan dengan
prestasi itu pernah mendapat bantuan pendidikan jutaan rupiah dari Bank BSI
Bima.
Tidak heran
dengan prestasi yang diraih selama kuliah, mengantarkan buah hati pasangan
Roiyah dan mendiang Ahamd M. Sidik itu dinobatkan sebagai wisudawan terbaik
tingkat institut.
Selain kerja
kerasnya, capaian itu juga atas
bimbingan para dosen. Tanpa edukasi dari mereka, tidak mungkin ia sampai pada
puncak tersebut.
Begitu juga
dukungan moral maupun moril dari orang tua. Terutama ibunya, berjuang seorang
diri membiayai kuliah, pasca ditinggal mati sang ayah sekitar belasan tahun
silam.
Hal senada
juga diungkap Roiyah. Ia mengaku bahagia
campur haru mengetahui anaknya dinobatkan sebagai wisudawan terbaik.
Prestasi itu
menjadi kado akhir tahun dari anaknya, setelah menguras keringat selama empat
tahun biayai kuliah seorang diri. Hanya dari hasil usaha jualan nasi dan
makanan ringan di kios mini depan rumah.
"Setiap
ada keuntungan hasil jualan setiap hari, saya tabung untuk persiapan biaya
kuliah dia" akunya dengan mata berkaca-kaca.
Tidak banyak
omset yang diperoleh Roiyah dalam sehari jualan. Paling banyak Rp 50 hingga Rp
60 ribu. Sebagian uang itu untuk membeli kebutuhan dapur dan sisanya disisihkan
untuk ditabung.
"Paling
banyak sehari yang biasa saya tabung Rp 20 ribu. Kadang ada juga 15 bahkan Rp
10 ribu," bebernya.
Berkat
tabungan itu, ibu 56 tahun ini bisa membiayai kuliah Desi hingga akhir. Karena
tidak memiliki sawah atau usaha lain yang bisa menghasilkan uang.
"Alhamdulillah,
meski susah cari uang. Tapi sudah terbayar dengan capaian anak saya hari
ini," katanya bangga. (jul).