Banjir yang melanda Kota Bima pada 6 Desember lalu |
Wali Kota Bima, H Muhammad Lutfi memberikan pernyataan pada sebuah televisi nasional tentang penanganan banjir. Orang nomor satu di Kota Bima itu mengklaim, jika persoalan banjir sudah selesai. Hingga, menyebut tidak ada korban terdampak.
--------------------------
Sebulan
terakhir, Kota Bima beberapa kali diterjang banjir bandang. Paling parah, pada
6 Desember lalu.
Dari data
BPBD, sebanyak 20 kelurahan terdampak. Ribuan jiwa terdampak. Kantor OPD,
Puskemas, sejumlah sekolah terendam. Bahkan satu jembatan di Kelurahan
Jatibaru, putus.
Banjir juga
merendam ribuan hectare tanaman padi. Sekitar 800 hektare diantaranya
dinyatakan gagal panen.
Wali Kota Bima H Muhammad Lutfi, dalam sebuah siaran langsung, Jumat (10/12) justeru menyebutkan, jika persoalan banjir di Kota Bima sudah selesai.
"Alhamdulillah
selesai, " klaimnya menjawab pertanyaan presenter acara tersebut.
Padahal,
banjir yang terjadi hampir menyerupai kejadian akhir 2016 lalu, sebanyak 20 kelurahan terdampak.
Dengan tingkat kerusakan ringan hingga berat. BPBD juga mengaku sejak memasuki masa
pancaroba, Kota Bima sudah 9 kali diterjang banjir.
Artinya,
persoalan banjir belum selesai. Karena klaim yang dilontarkan wali kota di
televisi nasional, justru disaat warga Kota Bima sedang berjibaku dengan sisa
lumpur di rumahnya. Wali kota juga menyebutkan tidak ada korban terdampak
banjir.
Faktanya,
dari data yang dirilis BPBD Kota Bima pasca banjir 6 Desember 2021, ada 7.850
KK yang terdampak. Angka ini membengkak, setelah sebelumnya disebutkan 4.075
KK.
Pada dialog
tersebut, Lutfi juga membeberkan program yang selalu menjadi jargonnya sejak
mencalonkan diri dulu. Yakni, One System One Integrated.
"Lakukan
pendekatan One System One Integrated. Artinya, setelah saya terpilih,
penanganan banjirnya tersusun dengan baik. Ada rencana jangka pendek, menengah
dan panjang, " bebernya.
Pada bagian
hulu kata dia, melakukan bronjonisasi, chek dan dan embung. Pada bagian hilir,
air hujan langsung dibuat ke laut lepas. Bukan ke teluk dan Pelabuhan Bima.
"Sehingga
tidak berpotensi terjadi pendangkalan pelabuhan Bima, " kata Lutfi.
Dari pantauan,
jalur sungai di Kota Bima tidak ada yang menuju langsung ke laut lepas. Dari 2
sungai besar, yaitu Padolo dan Melayu, semuanya bermuara ke Teluk Bima. Tidak
ada laut lepas, seperti yang disampaikan wali kota.
Ditanya
penyebab banjir, wali kota menyebut gundulnya gunung-gunung yang saat ini
dijadikan sebagai lahan menanam jagung.
"Kita
tidak bisa menafikan gunung-gunung sudah alami penggundulan. Karena masyarakat
kita menanam jagung, " ungkap politisi Golkar ini.
Ia juga mengklaim,
telah menanam pohon-pohon keras di lahan tegalan dan sepanjang daerah alirannya
sungai. Tujuannya, agar tidak mudah tergerus saat hujan deras.
Klaim
walikota bertolak belakang dengan pengakuan Kepala Bappeda Kota Bima, H
Fakhrunranji yang diwawancara media ini sebelumnya. Diungkapkan, Pemkot Bima hanya memiliki
program bersama Kementerian Pertanian. Berupa penanaman bibit buah-buahan pada
lahan tegalan. Itu pun kata Mantan Kadis Lingkungan Hidup ini, program tersebut
belum terlihat hasilnya.
Selain itu,
program menjaga mata air atau disingkat Permata. Sedangkan tahun 2022, Pemkot
Bima sama sekali tidak mengalokasikan anggaran untuk penghijauan atau
reboisasi.
Pada
wawancara tersebut, Lutfi menyebut soal dampak banjir pada Desember tahun 2016
lalu. Ia mengatakan, ketinggian banjir saat itu mencapai 3 meter. Kerugian
materiil, mencapai Rp 2 triliun. Angka yang disebut ini membuat presenter
terkejut sehingga mengulangi angka yang disebutkan.
"Ia
capai dua triliun. Setelah itu, recovery dua tahun. Kemudian normalisasi sungai
bersama BNPB, dengan anggaran Rp 169 miliar. Kita relokasi 1.025 warga, "
bebernya lagi.
Dalam
merelokasi warga, Lutfi mengaku melakukan pendekatan secara persuasif sehingga
masyarakat secara sukarela mau dipindahkan.
Ia
menyebutkan, meski dalam aturannya jarak sepadan sungai 10 meter, tapi oleh
ditolerir menjadi 5 meter. Kebijakannya ini dianggap aman, karena akan dibuat
tebing.
"Yang
rusak ringan dan berat, kita juga perbaiki setelah saya dilantik, " akunya.
Hal lain
yang disampaikan Lutfi adalah, normalisasi sungai yang melibatkan JICA sebagai
sumber anggaran. Dana Rp 235 miliar akan mengucur tahun 2022, untuk sungai
Padolo dan Melayu
Badrah,
korban terdampak banjir di Kelurahan Santi mengaku, telah mendapatkan rumah
relokasi. Namun tidak ia tempati karena kerap diterjang banjir gunung. Selain
itu, juga kesulitan mendapatkan air bersih.
"Saya
lebih baik tinggal di gubuk ini dari pada harus kembali ke rumah
relokasi," kata Badrah. (Atina)