Genangan air akibat banjir rob setinggi perut orang dewasa merendam pemukiman warga di Dusun Pasir Putih Desa Bajo Pulo Kecamatan Sape, Rabu malam (8/12). |
BimaNews.id, BIMA-Banjir rob disertai angin kencang menerjang permukiman warga di Dusun Pasir Putih Desa Bajo Pulo Kecamatan Sape, Rabu malam (8/12). Akibatnya, ratusan rumah terendam air hingga setinggi perut orang dewasa.
Selain rumah,
sejumlah pohon tumbang. Beberapa perahu nelayan terbalik hingga terdampar di
pantai.
Kades
Bajopulo, Mahmudin mengatakan, banjir rob disertai angin terjadi tengah malam.
Warga panik dan lari menyelamatkan diri ke rumah yang lebih tinggi.
"Ini
baru pertama kali terjadi di Bajo Pulo," kata Mahmudin.
Data
sementara, terdapat 155 rumah terdampak. 6 diantaranya rumah permanen.
Tidak
sedikit pula barang elektronik milik warga yang rusak. Seperti kulkas, TV,
mesin sanyo hingga Sembako.
"Paling
banyak rugi pemilik rumah permanen dan kios. Karena rata-rata warga di Bajo
Pulo berjualan di kolong rumah," sebutnya.
Parahnya, hingga Kamis pagi masih menyisakan genangan setinggi 30 centimeter. Meski air laut sudah surut, namun genangan air tidak bisa keluar, karena perkampungan lebih rendah dari bibir pantai.
"Di
bibir pantai juga ada talud penahan gelombang. Jadi, genangan air sulit
keluar," katanya.
Solusinya
kata dia, harus disedot dengan mesin. Kalau tidak, bisa menimbulkan penyakit.
Apalagi sekarang, genangan air sudah berubah warna jadi kekuningan.
"Sudah
kita coba sedot pakai mesin ukuran kecil, tidak berhasil. Makanya, kita datang
ke camat untuk minta bantuan. Siapa tahu ada mesin yang lebih besar," kata
Mahmudin.
Kondisi
warga pasca banjir rob kata dia, masih aman. Beberapa warga yang rumahnya masih
digenangi air, sementara mengungsi ke rumah keluarga dan tetangga.
"Kejadian
ini belum kita laporkan ke pemerintah daerah. Baru sama camat," ujar
Mahmudin saat ditemui di halaman kantor Camat Sape, Kamis siang (9/12).
Camat Sape Muhammad Akbar Musa SP MSi mengatakan, banjir rob sulit diantisipasi. Karena datangnya tiba-tiba.
"Banjir
ini bukan seperti air pasang biasa. Tapi, karena permukaan laut lebih tinggi. Fenomena
seperti ini tidak berlangsung lama," kata Akbar.
Genangan air
yang tersisa menurut dia, harus cepat disedot. Supaya tidak menimbulkan
penyakit.
"Nanti
kita bantu. Mudah-mudahan ada mesin untuk menyedot keluar air laut tersebut,"
harapnya. (jw)