Genangan air di lokasi pengungsian warga korban kebakaran Desa Naru Kecamatan Sape dikeluhkan. Mereka juga mengaku stok makanan sudah mulai menipis. |
BimaNews.id, BIMA-Puluhan
jiwa pengungsi kebakaran di Desa Naru Kecamatan Sape mulai mengalami kekurangan
makanan. Stok bantuan seperti beras dan mie instan sudah menipis.
“Masih ada
beberapa bungkus yang tersisa, untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari ke
depan,” kata Rohani, korban kebakaran saat ditemui di tenda pengungsiannya,
Minggu (15/11).
Pasca
kebakaran, kebutuhan sehari-hari keluarganya hanya diperoleh dari bantuan warga
dan pemerintah. Ia dan sang suami sudah tidak punya pekerjaan lain. Karena
bibit dan bawang hasil panen ludes terbakar. Termasuk uang dan perhiasan sudah
tak tersisa.
“Kita hanya
petani. Mau tanam bawang, bibit dan uang untuk beli obat-obatan sudah nggak
ada,” aku ibu empat anak ini.
Saat ini dia
hanya fokus mengurus empat anaknya yang masih sekolah. Sedangkan sang suami
beberapa hari terakhir sibuk mencari rumah panggung bantuan sesuai arahan
pemerintah.
“Kita
disuruh cari sendiri rumah bantuan itu. Nanti pemerintah yang bayar,” kata
Rohana.
Selain
kebutuhan makanan menipis, para korban juga mengeluhkan genangan air di lokasi
pengungsian. Kondisi itu membuat mereka tak nyaman. Terutama saat malam hari.
Susah tidur karena banyak nyamuk.
“Sekarang
sudah kita timbun sendiri biar nggak becek,” kata Zulaiha, pengungsi lain.
Genangan
air kata dia, sudah berlangsung dua
hari, akibat tingginya intensitas hujan. Meski demikian, belum ada warga yang
terserang penyakit seperti gatal-gatal maupun diare.
“Alhamdulillah,
kami dan anak-anak masih sehat-sehat. Stok obat diare, vitamin yang dikasih
sebelumnya masih ada,” sebutnya.
Tidak banyak
yang ia minta saat ini. Bantuan rumah dipercepat. Mengingat sudah mulai musim
hujan. Apalagi di lokasi pengungsian rawan banjir. Karena posisi tanahnya lebih rendah.
“Kalau sudah
ada rumah, kita bisa fokus cari uang,” kata Zulaiha, ibu rumah tangga ini.
Pasca
kebakaran, banyak pihak keluarga yang menawarkan tempat tinggal sementara.
Namun, ia lebih memilih tinggal di tenda, tidur beralaskan tikar.
“Kita hidup di sini sudah bertahun-tahun, di tempat ini pula kita harus menunggu rezeki,” katanya.
Selama ini,
dia cukup terbantu dengan bantuan masyarakat dan pemerintah. Hampir semua
kebutuhan terpenuhi. Mulai dari makanan, pakaian, seragam sekolah anak-anak
hingga obat-obatan. Termasuk memasang beberapa tandon untuk kebutuhan air
bersih.
“Alhamdulillah
selama ini kebutuhan kita tercukupi. Cuma saat ini sudah mulai menipis,”
katanya.
Camat Sape
M. Akbar Musa, SP M.Si meminta warga pengungsi bersabar. Dia memastikan bantuan
rumah baru segera direalisasikan.
“Sekarang
bantuan sedang diproses. InsyaAllah Rabu depan (17/11), tim dari BPN kita
harapkan sudah turun untuk pemetaan sekaligus sertifikasi lahan baru milik
warga,” jelas Akbar.
Hasil
pertemuan dengan warga Jumat lalu (13/11), Kadis Perkim menyampaikan sudah
menyusun gambar dan RAB untuk penataan
kembali permukiman. Dari 62 korban, ada 9 warga yang mesti direlokasi. Sehingga
pemukiman baru tidak lagi padat dengan gang minimal 3 meter.
“Untuk tanah 9 warga lain saat sedang dicari,” katanya.
Warga nanti
akan memiliki lahan untuk rumah minimal 1,2 are. Saat ini warga sudah diminta
mencari sendiri rumah yang sesuai dengan RAB yang telah disusun oleh Perkim.
“Setelah
selesai proses itu, warga sudah bisa meletakkan rumah panggung yang mereka cari
sendiri. Tentunya telah diverifikasi oleh Perkim sesuai RAB dan persyaratan
yang sudah ditentukan,” pungkas Mantan Kabag SDA Setda Kabupaten Bima ini. (jw)