Petani bawang menyerbu masuk ke halaman Kantor Bupati Bima, saat demo menuntut pemerintah memperhatikan harga bawang saat ini sedang anjlok |
BimaNews.id, BIMA-Ribuan
petani bawang, menyerbu Kantor Bupati Bima pada Kamis (18/11). Petani asal
Kecamatan Belo ini mempersoalkan harga
bawang yang anjlok, tidak bisa menutupi biaya produksi.
Petani yang
tergabung dalam Aliansi Masyarakat Petani Bawang Merah Kecamatan Belo ini,
langsung menyerbu, masuk halaman kantor bupati. Massa mendobrak pagar besi, setelah
berorasi beberapa menit.
Pantauan
Radar Tambora, selain masuk dan menyerbu kantor bupati, sebagian memblokade
jalan utama depan kantor bupati dan membakar ban bekas.
Setelah
memasuki kantor bupati, massa tidak terkendali. Aparat kepolisian yang
disiagakan tidak mampu membendung kemarahan massa.
Membawa
pacul dan karung, ribuan petani ini menuntut pemerintah menstabilkan harga bawang
merah yang kini anjlok.
Kapolres
Bima sampai turun ke lokasi demo bernegosiasi. Wakil Bupati Bima, Drs H. Dahlan
M Noer dan Sekda Bima, Drs HM Taufik HAK M.Si dihadirkan untuk menanggapi
aspirasi massa.
Namun masaa
menolak, tidak ingin diwakili oleh beberapa orang. Massa justru meminta, Bupati
Bima yang hadir.
"Kami
tidak mau diwakili. Kami mau ketemu dengan bupati," ujar Korlap aksi,
Mubadin.
Dari orasi
terungkap, para petani rugi dengan anjloknya harga bawang merah saat ini. Sementara
harga obat-obatan dan pupuk justru semakin naik.
"Jangankan
untung, kembali modal saja tidak dapat," katanya.
Hal senada
disampaikan Syaiful, orator lain. Ia menyesalkan harga bawang yang sangat murah.
Saat ini haranya terus turun hingga Rp 6 ribu per kilogram.
Menurutnya,
legislatif dan eksekutif di Kabupaten Bima berdiam diri dengan kondisi dihadapi
petani baawang. "Mana perhatian
kalian wahai para penguasa," tanyanya.
Selain harga
bawang merah yag anjlok, massa aksi juga mempersoalkan harga pestisida yang
terus merangkak naik. Para petani dibuat tidak berdaya dengan harga Rp 200 ribu
hingga 300 ribu per liter.
Kemudian
harga pupuk subsidi, dibeli di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 112 ribu
per sak.
"Di
lapangan kami membeli dengan harga Rp 150 hingga Rp 200 ribu per sak," teriaknya.
Bupati Bima Hj. Indah Dhmayanti Putri memberikan tanggapan atas tuntutan petani bawang yang menggelar aksi demo di Kantor Bupati Bima, Kamis (18/11) |
Sekitar pukul 15.10 wita, Bupati Bima Hj Indah Dhamayanti Putri akhirnya menemui massa pendemo.
Didampingi
polisi dan Pol PP, bupati mengatakan anjloknya harga bawang merah merupakan
kondisi yang tidak diinginkan. Soal harga disampaikan tidak ada kewenangan
pemerintah daerah untuk mengintervensi. Pemda hanya bisa mengontrol dan
mengawasi.
Menjawab
tuntutan massa, bupati mengaku akan segera bersurat ke Presiden RI dan
Kementerian Pertanian. Bila perlu, akan langsung mendatanginya untuk mencari
solusi.
Beberapa
opsi yang bisa dilakukan menyikapi anjloknya harga bawang kata bupati,
diantaranya meminta kementerian memaksimalkan peran Bulog menyerap bawang
petani. Dengan penyerapan itu harga bawang bisa stabil.
“Dalam waktu
dekat saya akan bersurat ke Kementerian pertanian. Sekaligus akan ke Jakarta untuk
perjuangkan nasib petani,” janjinya.
Bupati 2
periode ini mengaku, tidak pernah tinggal diam melihat kondisi petani.
Anjloknya harga bawang diakui tetap
dipantau.
“Tidak ada
kedukaan yang lebih mendalam bagi sosok pemimpin dan pemerintah, ketika melihat
penderitaan rakyat. Tetapi harus ada solusi terbaik, dengan menyurati Kementerian
Pertanian, Perdagangan dan kementerian lain,” tegas politisi Golkar ini.
Kondisi saat
ini kata bupati , pengepul masih enggan membeli hasil pertanian seperti bawang
merah, karena belum jelasnya harga di pasar. Bahkan pasar induk di Jakarta saat
ini belum bisa menerima hasil pertanian.
Bupati juga
menanggapi soal pupuk yang dijual di atas HET. Ia meminta, masyarakat segera
melaporkan temuan tersebut.
Sekda selaku
Ketua KP3, juga diminta oleh bupati mempertajam fungsi kontrolnya atas harga pupuk
dan obat di Kabupaten Bima.
Setelah
menyampaikan penjelasan, bupati pun menandatangani surat pernyataan untuk
segera menyelesaikan masalah petani bawang.
Dari pantau
Radar Tambora, massa yang merasa tidak puas melanjutkan orasi secara bergilir.
Mereka juga merusak fasilitas kantor setempat. Seperti memecahkan kaca jendela.
Suara cacian dan makian terus diteriakan massa.
Akhirnya
polisi pun mengambil langkah tegas, dengan mengeluarkan tembakan peringatan dan
gas air mata untuk membubarkan aksi massa.
Massa
kemudian digiring aparat kepolisian untuk pulang. Namun, massa kembali
berkumpul di perempatan Cabang Talabiu. Di tempat itu, petani bawang kembali
memblokade jalan.
Imbasnya,
jalur lintas Bima-Sumbawa, baik dari arah Kota Bima maupun sebaliknya macet
total. Untungnya, aksi blokade jalan tersebut tidak berlangsung lama. (ar)