BMKG Bima menggelar sosialisasi layanan informasi cuaca meteorologi pernerbangan dan publik dengan mengundang Bandara Sultan Salahuddin Bima di Aula Sabar Subur Kecamatan Palibelo, Senin (15/11). |
BimaNews.id, BIMA-BMKG
Bima menggelar sosialisasi terkait kewaspadaan fenomena La Nina di Aula Sabar
Subur Kecamatan Palibelo, Senin (15/11). Kegiatan itu juga dirangkaikan
Penandatanganan MoU dengan AirNav Indonesia Cabang Bima dalam pelayananan
Informasi cuaca penerbangan.
Kepala BMKG
Bima, Satria Topan Primadi, S.Si mengatakan, fenomena La Nina sudah berlangsung
sejak Oktober lalu. Fenomena alam ini diprediksi akan terus bekembang sampai
Maret 2022. Sehingga mengakibatkan
aktivitas penerbangan di Bandar Udara Bima terganggu.
“Dengan MoU
ini diharapakan BMKG dan Airnav bisa sepaham soal kondisi cuaca. Teutama
mengenai jarak pandang,” kata Topan, usai kegiatan.
MoU BMKG
dengan AirNav secara regulasi memang harus dilakukan. Mengingat MoU tahun lalu
sudah berkahir September lalu, jadi harus diperpanjang. Hanya saja, pada MoU
kali ini ada penambahan beberapa poin. Salah satunya, mengenai visibility chart
atau jarak pandang.
Jarak
pandang kata Topan, sudah dituangkan pada MoU sebelumnya. Namun seiring
berjalannya waktu ada perbedaan penyampaian visibilty chart antara BMKG dengan
AirNav.
Jarak
pandang ini menurut dia, aman ketika musim kemarau. Tetapi saat musim hujan,
sangat tergantung pada kondisi cuaca. Jika terjadi hujan, bisa jadi jarak
pandang rendah dan mempengaruhi proses take off landing pesawat.
“Fenomena La
Nina juga berdampak pada jarak pandang pilot saat take off maupun landing.
Sehingga kami harus memberikan infomasi yang akurat demi keselamatan
penumpang,” ujar pria asal Medan ini.
Sosialisiasi
ini digelar dua hari. Berakhir Selasa (16/11). Hari pertama, membahas tentang
cuaca meteorologi pernerbangan dengan melibatkan AirNav dan bandara, SAR Bima dan
Polsek KP3 Bandara.
Sementara
sosialisasi hari terakhir temanya, pengaruh La Nina terhadap intensitas hujan
khususnya wilayah Bima-Dompu.
Dua daerah
saat ini masih pada masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Namun hujan yang terjadi
sudah cukup signifikan, sehingga perlu diwaspadai.
“Apabila
sudah mengalami musim hujan nanti, bisa jadi intensitas hujan lebih tinggi dari
saat ini,” ungkapnya.
Selain itu,
puncak musim hujan di prediksi terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.
Saat ini intensitas hujan cukup tinggi, sehingga sangat diperlukan kewaspadaan
dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi kemunginan potensi bencana.
“Kegiatan
ini dihadari stakeholder kebancanaan seperti BPBD kabupaten dan Kota Bima, Pos
SAR Bima, Diskominfo Kabupaten Bima serta beberapa kepala desa,” pungkasnya.
(jw)