Warga dan pemuda Desa Ngali saat memblokade jalan di perbatasan dengan Desa Renda Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, Senin (22/11). |
BimaNews.id, BIMA-Warga dan pemuda Desa Ngali, Kecamatan Belo, Bima memblokade jalan, tepatnya depan SDN Inpres Ngali, Senin (22/11). Aksi ini karena warga tidak puas dengan hasil demonstrasi di kantor Bupati Bima, sebelumnya.
Akibatnya,
akses jalan yang menghubungkan Desa Ngali dengan desa lainnya tertutup. Begitu
juga jalur yang ke Kecamatan Langgudu.
Warga menutup
jalan dengan bale-bale, tumpukan tanah, bebatuan dan kayu. Bahkan pohon di
pinggir jalan dirobohkan melintang jalan.
Blokade
jalan tersebut merupakan lanjutan dari aksi demo sebelumnya. Warga masih
mempersoalkan anjloknya harga bawang merah dan naiknya harga pestisida. Seperti
obat-obatan pertanian dan harga pupuk subsidi, di atas Harga Eceran Tertinggi
(HET).
"Aksi
ini sebagai bentuk ketidakpuasan kami kepada pemerintah, tidak tanggap terhadap
persoalan yang dialami petani bawang merah," ungkap Ramli, seorang warga
yang terlibat blokade pada media, Senin (22/11).
Katanya,
harga bawang saat ini makin terjun bebas hingga Rp 500 per kilogram.
"Harusnya
minimal 20 ribu rupiah per kilogram, baru sebanding dengan biaya,"
sebutnya.
Sementara
harga obat-obatan terus naik hingga Rp 120 ribu per liter. Padahal sebelumnya hanya
Rp 70 ribu per liter.
"Belum
lagi harga pupuk subsidi, dijual pengecer di atas HET. Sekarang harganya hingga
Rp 200 ribu per sak, padahal HET Rp 112 ribu per sak," urainya.
Anjloknya
harga bawang membuat para petani memilih belum menjual bawang. Mereka berharap,
harganya naik. Sayangnya, hingga saat ini harga bawang merah tidak kunjung
membaik.
Kalau
memaksakan menjual saat ini jelas rugi. Karena harga jual tidak sebanding
dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
"Ini
jelas sangat merugikan kita petani. Tetapi belum juga ada solusi konkrit dari
pemerintah," keluhnya.
Padahal
Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten Bima jelasnya, sudah
mengetahui. Namun tidak ada tindakan tegas terhadap distributor dan para
pengecer.
"Bawang
merah saat ini tidak berharga. Sedangkan harga obat-obatan dan pupuk melambung
tinggi," sesalnya.
Ia mendesak
pemerintah segera mengatur harga sesuai dengan Permendag Nomor 7 Tahun 2020,
tentang acuan harga pembelian tingkat petani dan harga acuan penjualan di
tingkat konsumen.
"Jika
tidak, kami akan terus beraksi seperti ini. Jalan tidak akan kami buka sebelum
ada kejelasan dari pemerintah," ancam Ramli. (ar)