Kebakaran hebat 65 rumah di Desa Naru Kecamatan Sape menyisakan duka bagi dua remaja, Lanang dan Suci. Dua remaja yang masih duduk di bangku SMA ini hanya hidup sendiri. Sementara orang tua mereka merantau ke Papua dan Malaysia.
_______________
Minggu (10/10) lalu musibah kebakaran melanda Desa Naru, Kecamatan Sape. Sebanyak 65 unit rumah dan musala hangus terbakar. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian akibat musibah tersebut ditaksir miliaran rupiah.
Kebakaran
hebat itu menyebabkan 79 kepala
keluarga, dengan 284 jiwa harus kehilangan tempat tinggal. Saat ini mereka
menumpang di rumah keluarga dan menempati tenda darurat yang dibangun
pemerintah Kabupaten Bima.
Dari sekian
banyak warga yang menjadi korban
kebakaran, ada dua orang remaja yang kondisinya memprihatinkan. Dua orang
remaja yang masih saudara sepupu ini menempati tenda darurat bersama warga
lain.
Lanang dan
Suci harus menanggung sendiri penderitaan yang dialami. Tidak ada orang tua
untuk mengeluh dan bermanja-manja.
Dua remaja
yang masih duduk di bangku SMA ini sudah lima tahun hidup jauh dari orang tua
dan saudara mereka. Ibu dan bapak Lanang
bernama Sarifudin dan Siwe. Mereka merantau ke daerah Merauke, Bumi
Cendrawasih. Sementara Jaharudin dan
Siti Nur orang tua dari Suci, kini berada di negeri Jiran, Malaysia.
Ketika jago
merah mengamuk melahap rumah panggung yang mereka tempati, tidak satupun barang
yang terselematkan. Bersama warga lain Lanang dan Suci menghindar. Apalagi saat
itu, tiupan angin begitu kencang. Dalam waktu dua hingga tiga jam, puluhan
rumah hangus menjadi debu.
‘’Hanya
pakaian yang melekat di badan yang tidak terbakar,’’ tutur Diana Puspitasari keluarga dari kedua anak
malang itu melalui telepon, Rabu (13/10).
Selama ini,
pelajar yang sedang mengenyam pendidikan di SMA PGRI Sape tersebut tinggal
seorang diri di rumah mereka. Memilih tidak mengikuti orang tua yang merantau
ke daerah lain karena alasan ekonomi.
Selama ini
Lanang dan Suci hanya mengandalkan kiriman orang tua untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan biaya sekolah. Selebihnya dibantu keluarga dan tetangga
sekitar.
Dengan
musibah kebakaran itu, keluarga yang biasa jadi sandaran ketika tidak ada
kiriman orang tua, juga menjadi korban
kebakaran. Mereka kini dilanda
kebingungan bagaimana melanjutkan hidup dan akan tinggal di mana.
"Bagaimana
kehidupan kedua anak ini selanjutnya? Sudah di tinggal merantau oleh kedua org
tua, kini rumah yang mereka tempati telah terbakar,’’ katanya prihatin.
Prihatin dengan kondisi dialami kedua anak tersebut, Dian mengaku telah menggalang donasi melalui Media Sosial (Medsos). Dengan harapan ada dermawan yang terketuk hatinya, mau membantu dua anak ini. Paling tidak, biaya kebutuhan mereka sehari-hari terpenuhi.
"Alhamdulillah
pagi ini, ada warga dari Langgudu yang telah memberikan bantuan. Semoga ke depan
ada lagi warga lain yang terketuk hatinya mau membantu," harapnya.
Hingga
berita ini ditulis, postingan dengan caption permohonan bantuan untuk kedua anak
korban kebakaran itu menyedot perhatian publik. Pada kolom komentar, tidak
sedikit yang merasa iba dengan kondisi kedua remaja tersebut.
Tidak hanya siap
memberikan bantuan, para netizen juga ikut mendoakan korban kebakaran di Sape. Berharap
tetap tabah dan sabar menghadapi ujian yang menimpa mereka. (Juliadin)