Korban kebakaran, Ahmad Ibrahim sedang berusaha mencari 10 gram emas miliknya di antara puing rumahnya yang terbakar. |
Kebakaran hebat yang terjadi di Desa Cenggu Kecamatan Belo beberapa waktu lalu menyisakan duka bagi Ahmad Ibrahim. Rumah beserta isinya ludes tak tersisa. Termasuk emas 10 gram, kenangan dari mendiang sang istri.
______________
Kamis siang (12/8) lalu, kebakaran hebat melanda pemukiman warga di Desa Cenggu, Kecamatan Belo. Sedikitnya, empat unit rumah terbakar. Dua rusak berat dan dua rusak ringan.
Meski tidak
ada korban jiwa. Namun, kerugian ditaksir hingga ratusan juta rupiah.
Peristiwa
yang berlangsung sekitar pukul 10.50 Wita itu, menyisakan duka bagi, Ahmad
Ibrahim. Rumah panggung Sembilan tiang
yang ditempati kakek, 84 tahun ini ludes
dilalap si jago merah.
Rumah yang dibangun
dengan susah payah, dari hasil jual kelapa di Kecamatan Langgudu puluhan tahun
silam. Kini jadi arang dan debu.
Ditemui di
tempat pengungsian, Ahmad mengaku, saat kebakaran ia tidak berada di rumah.
Sedang menyapu lantai masjid, tidak jauh dari rumahnya.
"Saya
tahu ada kebakaran mendengar teriakan warga," katanya.
Ahmad bergegas
ke rumahnya, bermaksud ingin mengambil barang-barang berharga miliknya. Namun,
api sudah membesar, telah membakar seluruh isi rumah.
Kondisi
tubuh yang sudah ringkih, membuat Ahmad tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya
bisa menangis sembari berteriak meminta pertolongan warga. Berharap, api yang
membakar rumahnya bisa dipadamkan.
Namun, usaha
warga tidak membuahkan hasil. Karena, hanya menggunakan alat seadanya. Belum
lagi, tiupan angin yang kencang, sehingga api dengan cepat merambat dan
membakar seisi rumah.
"Tidak
ada yang bisa saya selamatkan. Termasuk, 10 gram emas peninggalan istri yang
saya simpan di bawah kasur," katanya sedih.
Selain
rumahnya, rumah anak angkatnya, Efi Mulyati, 40 tahun juga ikut terbakar.
Barang-barang berharga, termasuk uang Rp 7 juta juga ikut terbakar.
Kini, Ahmad
bersama anak, menantu dan tiga cucunya tinggal di tempat pengungsian. Bantuan
dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD).
Pasca
kebakaran, suami dari almarhumah Kalisom ini sangat berharap belas kasih dari
berbagai pihak. Karena, usianya yang sudah uzur, membuatnya tidak bisa berbuat
banyak.
Besar
harapan dia bisa mendapatkan bantuan. Setidak-tidaknya, rumah kecil sebagai
tempat istirahat di masa tua.
"Di
tenda, saya gak bisa tidur. Gak nyaman, karena banyak nyamuk," tutur Ahmad
dengan mata berkaca-kaca.
Kakek
kelahiran 1937 ini sangat berterimakasih bantuan tenda darurat dari pemerintah.
Begitu juga dengan bantuan sosial dari pemerintah dan berbagai pihak untuk
korban kebakaran. Begitu juga bantuan uang tunai dari Bupati Bima untuk
kebutuhan sehari-hari.
Namun,
banyaknya tumpukan barang membuat ia tidak nyaman tinggal di tenda. Belum lagi
ia harus naik turun tangga jika ingin ke toilet.
"Saya
berharap ada bantuan. Jujur, saat ini saya sudah nggak kuat lagi cari
uang," harap kakek yang sehari-hari sebagai marbot masjid ini. (Juliadin)