Sri Wahyuningsih |
Biduk rumah tangga tidak selalu berjalan mulus. Hal itu dialami oleh Pekerja Migran Indonesia (PMI), Sri Wahyuningsih, asal Desa Ntonggu, Kecamatan Palibelo. Wanita kelahiran tahun 1992 ini memilih berpisah dengan sang suami setelah cintanya dikhianati. Sang suami, diam-diam menikah dengan wanita lain.
Sri Wahyuningsih memang sudah tidak asing di mata pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bima. Karena sudah kerap bolak-balik keluar negeri menjadi PMI.
Murah senyum dan rendah hati begitu
lah kesan pertama saat berjumpa dengan single parent dua anak ini. Ketika
ditemui di Disnakertrans, Sri panggilan akrabnya mengulas kisah rumah tangganya hingga berakhir
dengan perpisahan dengan sang suami.
Pertengahan tahun 2014 lalu, ia
dipersunting seorang laki-laki pujaan hati, setelah beberapa bulan mereka pacaran.
Namanya Arifudin, asal Desa Tente, Kecamatan Monta.
Setelah menikah, bahtera rumah tangganya saat itu berjalan baik. Tanpa cekcok. Apalagi menaruh curiga antara satu dengan yang lain. Bahkan sehari-hari dirasa dunia bagaikan milik berdua. Hingga mereka dianugerahi seorang anak.
"Tahun 2015 anak pertama kami
lahir. Saat itu suami saya begitu baik dan perhatian," jelasnya.
Beberapa tahun kemudian, rumah tangga
mereka mulai diterpa masalah. Faktor ekonomi menjadi penyebabnya.
Tidak ada alternatif lain, sang suami
memilih merantau ke Papua. Demi kelangsungan kehidupan keluarga kecil yang baru
tiga tahun dibangun.
"Saya izinkan dia merantau,
walaupun saat itu sedang hamil," katanya.
Belum lama suami di Papua, sikapnya mulai
berubah. Meski masih sering komunitas,
namun, lama kelamaan mulai hilang kabar.
Bahkan ketika diminta pulang untuk
menemani dirinya saat melahirkan anak kedua, suaminya tak kunjung datang.
Terpaksa saat itu ia melahirkan seorang diri di Rumah Sakit (RS). Hanya
ditemani kedua orang tua dan keluarga dari sang suami.
Perubahan sikap suaminya itu, membuat Sri mulai curiga. Khawatir, jangan-jangan suami sudah punya wanita lain pujaan hati.
Rasa curiga terus menghantuinya setiap
hari. Ia takut kehilangan sosok pria yang dicintainya bertahun-tahun.
"Setelah beberapa bulan anak
kedua lahir, baru dia pulang kampung. Saat itu saya mencoba menghilangkan
pikiran yang aneh-aneh tentang suami saya," ceritanya.
Namun, sepandai-pandainya menyimpan
rahasia, akhirnya terbongkar juga. Suatu saat Sri memergoki suaminya yang
sedang Video Call (VC) dengan wanita lain di kamar rumah mereka.
Saat itu hati Sri benar-benar hancur.
Ia tak menyangka akan dikhianati oleh suami yang begitu dia cintai.
Kecewa dengan suami yang tidak setia. Sri
memilih untuk menghindar, menjadi
Pekerja Migran Indonesia (PMI), demi sang masa depan sang buah hati.
"Saya harus bisa menghidupi
anak-anak saya tanpa belas kasih ayahnya. Itu alasan utama saya memilih menjadi
PMI," urai Sri sembari mengenang masa lalunya.
Akhirnya Sri terbang ke Singapura pada
Agustus 2018 lalu. Dia bekerja sebagai pengasuh Lanjut Usia (Lansia). Di negara
tersebut, ia digaji Rp 6,5 juta hingga Rp 7 juta per bulan.
Sekali dalam empat bulan, Sri mengaku
mengirim uang Rp 20 juta kepada orang tua dan mertuanya di kampong, untuk biaya
hidup kedua anaknya.
Selama di Singapura, Sri jarang komunikasi
dengan suami termasuk dengan keluarga. Karena aturan kerja di rumah majikanya
cukup ketat. Tidak hanya dilarang menggunakan handphone, beribadah sekalipun
tidak diperbolehkan.
"Saya telepon keluarga di kampung
pakai Handphone majikan. Begitu juga dengan ibadah, sesekali bisa salat di
sana, itupun harus sembunyi-sembunyi. Kalaupun ketahuan, dimarahi,"
bebernya.
Perlakuan itu, lantas tidak membuat ia
malas bekerja apalagi sampai mencari pekerjaan lain. Yang terlintas dibenaknya
saat itu, bagaimana bisa bekerja dengan baik.
Setelah 1,5 tahun bekerja di
Singapura, ia dikejutkan dengan kabar suaminya menikah lagi. Sri tidak
mengetahui pasti siapa wanita yang merebut suaminya itu.
"Pertama kali saya dapat kabar
itu, saya menangis. Hati saya sakit sekali," sesalnya.
Sejak itu ia sering termenung. Dengan
siapa ia harus membesar kedua anaknya. Tapi, ia tetap tegar menghadapinya, dengan
berusaha melupakan suaminya.
Awal 2021, Sri pulang kampung. Selain
Lansia yang diasuhnya meninggal, ia juga rindu dengan dua buah hatinya. Sampai
saat ini, ia hanya merawat dua buah hatinya seorang diri.
Dengan keterbatasan lapangan kerja di
Bima, kini Sri kembali memilih untuk menjadi PMI. Karena, penghasilannya selama
bekerja di Singapura sebagian dipakai beli tanah.Termasuk biaya hidup selama
berada di kampung halaman.
"Saat ini saya lagi proses berkas
keberangkatan di Disnakertrans. InsyaAllah akhir bulan ini saya akan terbang ke
Hongkong," aku putri kedua dari pasangan Siti Hawa dan mendiang Supardin
ini.
Rencananya, ia akan bekerja di negara
Hongkong selama dua tahun. Dia ingin mengumpulkan modal untuk bangun usaha
bersama buah hatinya.
"Sekarang saya fokus kumpul
modal untuk bangun usaha. Baru
memikirkan dengan siapa saya harus membangun rumah tangga," tandas Sri.
(Juliadin)