BimaNews.id, BIMA-Ikhtiar
Aksi Cepat Tanggap (ACT) memajukan pendidikan di tepian negeri terus
berlanjut. Kali ini ACT membangun gedung
SDN Inpres Karampi Filial Soropeto, Kecamatan Langgudu yang terbakar pada 2019
lalu.
Proses
pembangunan ditandai peletakan batu pertama oleh Wakil Bupati Bima H. Dahlan M.
Noer MPd, Minggu (25/7). Kegiatan itu dihadiri Kadis Dikbudpora Bima,
Koordinator ACT Bimaraya, Hairul Juhdy, Kades Karampi, Sekcam Langgudu, KUPT
Dishub, Kades Karampi dan para tokoh masyarakat.
Koordinator
Daerah MRI ACT Bima Raya, Hairul Juhdy mengatakan, program pembangunan ini
murni bantuan kemanusiaan. Non profit dan non partisan, bukan proyek keuntungan
dan tidak ada tumpangan politik.
"Proses
pengajuan pembangunan sekolah dilakukan sejak 2018 melalui perusahaan boing.
Namun baru direalisasikan 2021," terang Hairul Juhdy di hadapan masyarakat.
Pembangunan
sekolah di atas lahan sekitar 1 hektare ini kata dia, didanai full Perusahaan
Pesawat Boing. Dengan luas bangunan 203,2 meter persegi. Meliputi 6 ruang kelas
ukuran 5 kali 5, satu ruangan guru dan tiga lokal WC.
"Pengerjaan
ditargetkan selama tiga bulan, mulai Kamis (22/7) hingga 22 Oktober mendatang. Diawasi
Tim MRI ACT Bima dan tim kontruksi yang ditunjuk," jelas Hairul Juhdy yang
juga penanggungjawab umum pembangun SDN Karampi Filial SDN Soropeto.
Konstruksi
bangunan menggunakan standar nasional, melibatkan teknisi dari Dinas PU
Kabupaten Bima. Mulai dari kualitas pasir, kerikil hingga kualitas batu-bata.
Untuk pasir
yang diusulkan sebelum, yakni pasir Wera dan Hodo. Namun, yang masuk standar
pusat adalah pasir hodo. Sedangkan krikil dari PT Tukad Mas.
"Ini
sudah menjadi ketentuan pusat. Bukan berarti kita tidak ingin menggunakan pasir
maupun krikil dari Desa Karampi," jelasnya.
Sedangkan,
untuk batu pondasi dan batu-bata kata dia, bisa diperoleh dari masyarakat Desa
Karampi. Asalkan jenis batu yang disiapkan berkualitas.
"Kita
sudah sepakati, untuk 1.000 batu-bata dan 30 truk batu dibeli dari
masyarakat," ujarnya.
Sekolah ini
menurut dia, bakal menjadi bangunan termegah di Desa Karampi. Diharapkan
bantuan dan dukungan masyarakat, agar proses pembangunan berjalan sesuai yang
diharapkan.
"Kami
harap bangunan ini dijaga. Ini menjadi tolak ukur untuk bantuan berikutnya.
Jika sukses, maka sekolah ini akan terus mendapatkan bantuan," katanya.
Sebab,
sekolah ini menurut dia, masih dibutuhkan sarana penunjang lain. Seperti
meubelair, air, listrik, lapangan olahraga, pagar keliling dan lain-lain.
"Jadi,
sarana penunjang ini masih kita upayakan dari sumbangan berbagai pihak. Karena
tidak termasuk dalam anggaran pembangunan yang didanai perusahaan boing,"
tutur Kepala SMAN 1 Belo ini.
Hairul juga
menyebutkan, program ACT mendukung pendidikan tepian negeri bukan pertama kali di
Desa Karampi. Selain pembangunan sekolah, ACT juga melaksanakan program Sahabat
Guru Indonesia (SGI) dengan memberikan insentif Rp 500 ribu bagi guru honorer.
Kemudian, pembagian seragam guru dan siswa, serta perlengkapan belajar seperti
tas, buku dan lain-lain.
"Karena
Covid-19, SGI ini hanya berjalan beberapa bulan," sebut Hairul.
Tidak hanya
itu, ACT juga ingin menjadi sekolah ini sebagai tempat pelatihan bagi
guru-guru. Peningkatan kompetensi guru itu sangat penting untuk memajukan
pendidikan.
"Itu
yang sedang kita upayakan ke depan, dengan mendatangkan pelatih dari
luar," janjinya.
Di akhir
sambutannya, Hairul juga berharap Pemda bisa memperhatikan keberadaan
keberadaan guru-guru di SDN Inpres Karampi Filial Soropeto. Setidaknya, mereka
bisa terdaftar dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) agar bisa mendapatkan
insentif dari dana BOS.
Wakil Bupati
Bima H Dahlan M Noer MPd pada sambutannya, mengapresiasi dukungan ACT terhadap
sekolah di wilayah terpencil Kabupaten Bima. Bantuan pembangunan sekolah ini
menurut dia, rezeki yang tak terduga bagi masyarakat Soropeto dan pemerintah
daerah.
"Ini
suatu penghargaan dan kebanggaan yang luar biasa bagi masyarakat Soropeto, bisa
mendapat bantuan gedung sekolah semegah ini," ujar Dahlan.
Pasca
terbakar, SDN Karampi Filial Soropeto ini juga sudah menjadi perhatian Pemda
Bima. Bahkan tahun ini sudah dialokasikan untuk pembangunan dua lokal ruang
belajar.
"Dengan
adanya bantuan dari ACT, anggaran dua lokal sedang kita pikirkan untuk dialihkan
ke sekolah lain," terangnya.
Dahlan
sangat mendukung bila sekolah tersebut dijadikan sekolah integriti atau sekolah
terpadu. Jadi, bukan hanya SD, tapi juga meliputi Paud, TK dan SMP.
"Jadi,
anak-anak di Soropeto ini tidak perlu SMP di luar. Kasian juga, seusia mereka
harus tinggal jauh dari orang tua. Bila perlu, setiap dusun di Karampi harus
dibangun sekolah," tandasnya.
Kualitas
sekolah menurut dia, sangat menentukan minat belajar siswa. Dengan adanya
sekolah baru, diharapkan keinginan anak-anak menempuh pendidikan lebih tinggi
bisa tercapai.
"Ini tantangan bagi generasi muda dan orang tua sekarang. Dengan gedung megah, jangan sampai putus sekolah," tantangnya.
Kadis
Dikbudpora Bima Zainuddin menegaskan, bantuan pembangunan ini tidak ada
kaitannya dengan partai atau pihak manapun. Bantuan ini murni kepedulian ACT
melalui program pendidikan tepian negeri.
"Saya harap
masyarakat mendukung dan ikut menjadi proses pembangunan gedung megah
ini," harapnya.
Pemda
berkeinginan SDN Inpres Karampi Filial Soropeto ini dijadikan holistik
integriti school atau sekolah terpadu. Sehingga anak-anak di Soropeto bisa
menikmati pendidikan dimulai dari Paud, TK, SD dan SMP.
Di zaman
modern saat ini menurut dia, anak-anak usia 3 tahun harus mengenal bangku
sekolah. Sehingga masuk SD diusia 7 tahun, anak-anak sudah siap secara mental.
"Holistik
integriti school akan dikepalai satu kepala sekolah. Menaungi Paud, TK, SD dan
SMP," terangnya.
Penaggujawab
KBM SDN Inpres Karampi Filial Soropeto, Israil SPdi merasa bersyukur dengan
bantuan gedung sekolah baru. Tentu ini sangat bermanfaat bagi peningkatan
pendidikan bagi masyarakat Soropeto.
"Alhamdulillah,
kami berterimakasih pada ACT atas bantuan ini," katanya.
SDN Inpres
Karampi Filial Soropeto kata Diaz dibangun sejak 2012 lalu dengan swadaya
masyarakat. Untuk kelas jauh dari sekolah induk, SDN Inpres Karampi. Jumlah
guru sebanyak 6 orang, tiga CPNS dan tiga sukarela.
"Jumlah
siswa mulai dari kelas 1 sampai 6 sebanyak 23 orang. Tiap kelas jumlahnya 3
sampai 7 orang," jelasnya.
Sebelum
terbakar, kondisi sekolah sangat memperihatinkan. Berdinding bedek, beratap alang-alang
dan berlantai tanah.
"Sedih
kalau melihat gedung sekolah ini sebelumnya, jauh dari kata layak. Apalagi di
musim hujan, kegiatan belajar pasti terganggu, karena becek dan atap
bocor," akunya.
Namun pasca
kebakaran sekolah, proses belajar sedikit terbantu dengan bantuan pembangunan
satu ruang dari pihak lain. Pemda juga menjanjikan dua lokal ruang kelas tahun
ini.
"Dengan
bantuan pembangunan dari AcT sekarang kami merasa bersyukur. Ini kebanggaan
yang luar biasa bagi kami di Soropeto," pungkasnya. (jw/*)