Jagung |
BimaNews.id, BIMA-Beberapa
hari terakhir harga jagung terjun bebas, dari angka Rp 4.950 menjadi Rp 4.100 perkilogram.
Padahal, jagung di Kabupaten Bima baru sekitar 40 persen yang sudah dipanen.
"Anjoknya
harga saat ini, karena jagung sudah menumpuk di PT Santoso Utama Lestari Unit
Madapangga," ungkap seorang suplayer jagung yang enggan menyebut
identitasnya.
Terbukti,
puluhan truk jagung menumpuk di area gudang. Bahkan, mereka antri dua hingga
tiga hari di jalan raya, baru muatan dibongkar muatan.
Kondisi itu
berbeda saat harga normal beberapa waktu lalu. Begitu truk tiba, langsung
bongkar.
"Alasan
mereka (perusahaan) rusak alat pengering, sehingga jagung menumpuk. Kalaupun
benar, kenapa tidak diperbaiki," sesalnya.
Hal itu
menurut dia justeru dianggap sebagai modus perusahaan, agar bisa memainkan
harga. Apalagi penurunan harga komoditas unggulan itu berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya.
"Tahun
lalu harga jagung memang turun, tapi tidak separah ini," bebernya.
Untuk itu
petani diharapkan, tidak menjual jagung lebih dulu, sebelum harga kembali naik.
Kendati tidak pada angka Rp 4.950, paling tidak dijual dengan harga Rp 4.300
hingga Rp 4.500 per kilogram.
"Pengalaman
sebelum, harga jagung akan naik kalau penampungan berkurang. Begitu
sebaliknya," jelasnya.
Warga
Kecamatan Soromandi, Ridwan mengaku bersyukur jika sebagian jagung miliknya
sudah dijual sekitar 2 pekan lalu. Dengan Rp 4.800 per kilogram.
"Alhamdulillah,
harganya cukup memuaskan. Saat itu, saya jual beberapa hari sebelum harga jagung
turun," akunya bersyukur.
Sementara
sebagian jagung yang ditanam di lahan lain, masih dipanen. Dia berharap, harga
jagung bisa kembali naik. Paling tidak,
Rp 4.500 per kilogram.
"Kalau
nunggu harga tinggi, tidak bisa. Karena banyak kebutuhan yang harus beli,"
tandasnya. (jul)