Launching Buku Seni berpikir Ala Bang Zul ''MendayungMenenangkan Badai''yang berlangsung di Hotel Mataram |
BimaNews.id, MATARAM-Peluncuran
buku "Seni Berpikir dan Bekerja ala Bang Zul di Same Hotel, Mataram
berlangsung meriah. Akademisi, tokoh agama dan tokoh masyarakat dari berbagai
etnis di NTB tampak hadir.
Buku setebal
356 halaman tersebut merupakan rekaman dan hasil sintesa Kadis Sosial NTB H Ahsanul Khalik tentang
sepak terjang Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah sepanjang hampir tiga tahun
memimpin NTB.
Acara
peluncuran buku ini dihadiri langsung tokoh inspirator Dr Zulkieflimansyah.
meski sederhana tetapi cukup meriah. Diawali dengan do'a, kemudian tari
penyambutan "Wura Bongi Monica" dari Bima. Dilanjutkan dengan
pemutaran film pendek yang mengisahkan perjalan karir sang inspirator mulai
dari tanah kelahiran Sumbawa sampai melanglang jagad. Kemudian kembali lagi ke
NTB sebagai orang nomor satu.
Karir
cemerlang Dr Zulkieflimansyah tidak diragukan lagi. Pengakuan datang dari par
tokoh yang memberikan testimoni.
Seperti Dr.
Falahudin Ketua PW Muhammadiyah NTB secara keilmuan, Bang Zul tidak diragukan.
Menempuh pendidikan hingga ke luar negeri. "Tidak perlu lagi kita bicara
tentang beliau," ujarnya.
Tetapi dia
mengingatkan, bahwa ada tantangan besar yang dihadapi. Yakni persoalan para
petani. Terutama soal kelangkaan pupuk. Dia berharap sebagai pemimpin yang ilmu
ekonomi sudah sangat bagus, mampu menemukan dan merumuskan kebijakan untuk
mengatasi persoalan para petani.
Tokoh
masyarakat Bima Jakarta, Zulkifli "Bezed" yang tidak lain adalah
sahabat dekat sang inspirator mengatakan, sebagai pemimpin Dr Zulkieflimansyah
memiliki modal yang tidak dimiliki oleh pemimpin lain.
Pertama
selalu tersenyum. Tidak banyak pemimpin yang bisa selalu tersenyum dalam
kondisi apapun.
Bang Zul
memang selalu tersenyum, selalu tenang. Tidak terlalu reaktif dalam menghadapi
satu keadaan yang ekstrim sekalipun. Seperti ketika menerima estafet
kepemimpinan dalam kondisi NTB yang luluhlantak dihantam gempa bumi. Pun
demikian saat mengarungi pandemi covid-19 saat ini.
"Senyum
adalah ibadah yang paling murah dan gampang. Tapi tidak banyak yang bisa
melakukannya," ujar Bezed.
Modal kedua,
di atas kacamata sang inspirator ada berjuta gagasan. Dan yang ketiga di bawah
kancing kedua, ada cinta untuk NTB.
"Tapi
sayang kemauan dan kemampuan beliau dibatasi oleh berbagai aturan," tambah
Bezed.
Sementara
itu, Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram Prof. Dr. Suprapto,
M.Ag berharap buku karya salah satu Kandidat Doktor UIN Mataram ini bisa
diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan juga bahasa Arab. Kenapa? Karena buku
tersebut sangat bagus, berimbang dan isinya bukan glorifikasi. Karena biasanya
buku biografi pejabat isinya cenderung glorifikasi.
"Buku
ini sangat inspiratif. Kalau bisa diterjemahkan ke bahasa ingris atau arab.
Agar mendunia. Jika banyak yang tahu tentang pemimpinnya akan banyak investor
yang melirik NTB," sebut rektor.
Sedangkan
penulis, Kepala Dinas Sosial NTB, H. Ahsanul Khalik, S.Sos., MH
mengatakan, ada banyak perbedaan
kebijakan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Namun ini ditulis tidak bermaksud untuk
membangdingkan, tetapi dihajatkan untuk menjadi pembelajaran bagi generasi
selanjutnya.
Sang
inspirator Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc. menyambut buku
tersebut dengan respon seperti biasanya. Lebih-lebih setelah berbagai testimoni
diberikan.
Dia
mengatakan, nendapat pujian ketika seseorang memiliki jabatan merupakan hal
yang lumrah. Begitu juga dengan kritik. Sebagai kepala daerah, kritik menjadi
hal yang biasa yang harus selalu diterima. Demi memacu untuk terus bekerja
dengan lebih baik dari waktu ke waktu.
"Puja
puji ketika orang ada jabatan itu biasa. Setelah puja-puji akan ada kritik dan
keduanya harus diterima sama baiknya," ujarnya.
Diakhir tulisan ini, penulis ingin mengutip
kembali testimoni Zulkifli "Bezed". Awalnya dia berpikir ajang
peluncuran buku yang diselenggarakan oleh Pascasarjana UIN Mataram ini sebagai
arena puja-puji. Tetapi ternyata banyak juga kritik dan saran untuk perbaikan
NTB.(*)