H Tafsir H.A. Majid |
BimaNews.id, KOTA BIMA-Dinas Tenaga Kerja Kota Bima mencatat sebanyak 13 Tenaga Kesehatan (Nakes) mendaftar bekerja di Jepang di tahun pertama. Setelah mengikuti pelatihan, kini para Nakes sedang menunggu hasil verifikasi bahan oleh Pemerintah Provinsi NTB hingga 31 Juni.
"Yang menentukan lolos atau tidaknya mereka itu kewenangan provinsi. Kita hanya memfasilitasi saja," jelas Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bima Ir H Tafsir HA Majid.
13 Nakes
tersebut kata Tafsir, masing-masing 10 laki-laki dan 3 perempuan. Rata-rata
usia mereka berkisar 23 sampah 25 tahun dan belum menikah.
"Ada
satu orang yang usia 28 tahun. Dia perempuan, status janda," katanya.
13 Nakes
tersebut sudah mengikuti pelatihan selama satu bulan yang difasilitasi Disnaker.
Pada kegiatan itu, dihadirkan narasumber-narasumber yang berkompeten di bidang
ketenagakerjaan dan kesehatan.
"Namun,
yang ikut pelatihan hanya 11 orang," katanya.
Setelah
dinyatakan lulus verifikasi bahan oleh Pemprov NTB, mereka akan mengikuti pelatihan
Bahasa Jepang selama 6 bulan di Jakarta. Bukan hanya dari NTB, tapi juga
diikuti calon Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia (TKKI) dari berbagai daerah di
Indonesia.
"Mereka
akan diuji kemampuannya selama pelatihan. Jadi, persaingannya sangat ketat,"
kata bapa dua anak ini.
Selama
pelatihan, biaya kebutuhan mereka ditanggung pemerintah. Termasuk, uang saku.
"Lulus
gak lulus, mereka tetap dapat uang saku dari pemerintah," katanya.
Mengenai
kuota TKKI yang dibutuhkan Jepang, Tafsir mengaku tidak tahu pasti. Yang jelas,
calon TKKI yang lulus pelatihan akan dikirim pada tahun 2022.
"Untuk
besaran gajinya cukup tinggi. Dari informasi yang kita dapat saja, itu sekitar
Rp 35 sampai Rp 40 juta per bulan," sebutnya.
Pendayagunaan TKKI dalam kerangka migrasi internasional ini menurut dia, menjadi bagian dari agenda Kementerian Kesehatan (Kemkes). Pendayagunaan ini telah diatur pada rencana pengembangan tenaga kesehatan tahun 2011-2025.
"Dengan
dibukanya lapangan kerja baru ini, diharapkan angka pengangguran Nakes bisa
diatasi," harap H Tafsir.
Menurut dia,
banyak tenaga kerja di bidang kesehatan yang tidak terserap di negeri, seperti
perawat dan bidan. Oleh karena itu, pemerintah berusaha agar dua profesi ini
bisa dipakai di luar negeri.
"Ini
bagian dari terobosan pemerintah, agar para lulusan perguruan tinggi kesehatan
di negeri dapat memanfaatkan peluang kerja di luar negeri," ujarnya.
Sebelum
diberangkatkan, tentunya pemerintah mempersiapkan para Nakes dengan peningkatan
kompetensi melalui pelatihan skill dan bahasa. Agar para lulusan perguruan
tinggi kesehatan dapat bersaing di pasar internasional.
"Peningkatan
kompetensi Nakes ini yang mulai didorong. Sehingga saat dibutuhkan oleh negara
lain, mereka sudah siap secara maksimal," pungkasnya. (jw)
Mantap kota Bima🖒💪
BalasHapus