Haidin menunjukkan sisa rumah anaknya Nursafirah yang hangus terbakar, Minggu (16/5). |
BimaNews.id,BIMA- Satu unit rumah panggung di Desa Bajo, Kecamatan Soromandi hangus dilahap si jago merah, Sabtu (15/5) sekitar pukul 14.30 Wita. Penyebabnya diduga, api yang dibuat anak-anak saat bermain di dekat rumah tersebut.
Warga Desa
Bajo, dikejutkan dengan api yang tiba-tiba membesar dan membakar rumah panggung
milik Nursafirah. Tiupan angin yang kencang membuat rumah sembilan tiang
tersebut rata dengan tanah hanya dalam waktu beberapa puluh menit saja.
Beruntung
tidak ada korban jiwa pada musibah tersebut. Rumah dalam kondisi kosong ditinggal
pemilik yang panen jagung.
Haidin orang
tua pemilik rumah mengatakan, saat kejadian tidak ada penghuni rumah. Anak-anaknya
saat itu sedang panenn jagung di Kilo, Kabupaten Dompu.
Begitu juga
dirinya, saat itu sedang di ladang. Ia mengetahui rumah terbakar, diberitahu tetangga
sekitar.
"Kejadian
ini membuat hati saya terpukul. Karena anak kami baru setahun menikah dan baru
beberapa bulan tinggal bersama suaminya," ungkap Haidin pada media ini ditemui di kediamannya, Minggu
(16/5).
Haidin
mengaku, belum mengetahui dengan pasti
penyebab kebakaran. Namun dugaan sementara disebabkan anak-anak yang
main bakar-bakaran. Ada yang melihat anak-anak membakar sampah sisa tongkol
jagung.
Dari
kejadian tersebut Muhaidin mengaku, tidak satupun barang yang bisa
diselamatkan. Baik itu pakaian, perabot rumah tangga hingga dokumen-dokumen
penting lainnya.
Termasuk,
tiga ekor kambing yang terperangkap di kolong rumah juga ikut terpanggang.
Hingga
berita ini ditulis, Haidin mengaku belum mendapatkan bantuan apapun. Hanya ada
dari Camat Soromandi yang memberikan paket Sembako.
"Kopi
satu renteng, minyak goreng satu botol, pakaian tiga lembar dan beras dua
kilogram," sebut Haidin.
Pemilik
rumah, Nursafirah mengaku pasrah dengan musibah
tersebut. Meski merasa sangat terpukul, namun ia dan suaminya tidak bisa
berbuat banyak.
Kerugian
dari musibah ini, diperkirakan mencapai Rp 25 juta. Jumlah itu terdapat pada
perabotan kurang lebih sebesar Rp 15 juta, rumah sekitar Rp 8 juta dan kambing
sekitar Rp 2 juta.
"Kami menerima
musibah ini sebagai takdir," katanya sedih.
Atas ujian
ini, dia berharap ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima untuk
melirik keadaan mereka. (ar)