Warga Lingkungan Sarata, Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. |
KOTA BIMA-Lingkungan Sarata, Kelurahan Paruga merupakan satu diantara wilayah di Kota Bima yang alami krisis air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga setempat membeli air setiap hari.
Misniati,
warga setempat misalnya. Setiap hari harus membeli air 1.100 liter seharga Rp
20 ribu.
Dia hanya
satu dari sekian banyak warga Kota Bima yang saat ini harus membeli air bersih.
Apalagi tidak memiliki sumur bor,
sehingga ketika air PDAM tidak mengalir, harus membeli air setiap hari.
"Tiap
hari saya beli satu tangki seharga Rp 20
ribu, untuk mandi, cuci dan masak. Untuk
minum, beli air galon, " beber wanita
yang jualan sate ini.
Krisis air
bersih mulai dirasakannya pasca banjir
bandang tahun 2016 lalu. Sejak saat itu, air PDAM tidak lagi mengalir. Sempat ajukan
pemasangan ulang meteran air, justru diminta untuk bayar denda.
"Sejak
saat itu kita tidak lagi bisa mendapatkan air PDAM. Karena jika denda tidak
dibayar, PDAM tidak mau pasang meteran air,’’ terangnya.
Hal senada diungkapkan
warga RT 16, RW 06 Lingkungan Sarata, Hj Suriati. Dia mengaku, sudah lima bulan
air PDAM tidak jalan. Praktis mereka kesulitan mendapatkan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari.
‘’Kalau
saya masih bisa gunakan air bor untuk
cuci dan mandi. Meskipun airnya asin,’’
sebutnya.
Sedanhkan untuk
keperluan masak dan minum, Hj Suriati membeli air satu tangki seharga Rp 20
ribu. Itu bisa dia pakai selama satu minggu.
Namun, idak
semua warga memiliki air bor. Warga yang
tidak sumur bor, harus membeli air setiap hari seperti, tetangganya Misniati.
"Kita
masih untunglah karena punya sumur bor. Warga lain, harus membeli air
untuk kebutuhan cuci, mandi, minum,
masak dan lain-lain,’’ sebutnya.
Soal krisis
air ini kata dia, telah dilapor ke
pemerintah kelurahan. Sudah ndak kehitung berapa kali. Tapi tidak direspon.
"Kami pasrah
saja, sambil berharap air PDAM kembali jalan," harapnya. (ar)