Nur Hidayah |
BimaNews.id,KOTA BIMA-Cerita
mengharukan dari seorang laki-laki, Nur Hidayah, asal Pasuruan Jawa Timur. Setelah 20 tahun
berpisah, pemuda 25 tahun ini baru menemukan kembali keluarga mendiang ibunya
di Kota Bima.
Media Sosial
(Medsos) menunjukkan kekuatannya. Keluarga yang terpisah, akhirnya bisa bertemu
pada 15 April 2021. Pertemuan yang dirindukan itu bermula, ketika Nur Hidayah
memposting foto KTP sang bunda yang sudah kusam di Medsos.
Dalam
unggahannya, Nur Hidayah menceritakan jika dirinya memiliki seorang ibu bernama
Farida, asal Kelurahan Monggonao, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima. Dia juga
menulis, sang bunda merantau ke Jawa Timur dan menikah dengan warga Pasuruan.
Namun,
ibunya meninggal sekitar 21 tahun lalu, ketika dia masih berusia 4 tahun.
Diakhir tulisan, Nur Hidayah mengaku, ingin mencari nenek dan saudara dari ibu
kandungnya di Kota Bima.
"Mungkin
ini telat, tapi tidak ada kata terlambat untuk menyambung silaturrahim,"
tulis Nur hidayah pada postingannya.
Belum lama
postingan itu diunggah, langsung
dibanjiri komentar dan dibagikan berkali-kali. Pertemuan yang didambakan Nur
Hidayah akhirnya terwujud. Setelah bibinya atau adik dari almarhum ibunya,
Jumiati Abdul Rahman mengomentari status di kolom komentar dinding Medsosnya.
Saat itu juga Nur Hidayah dan bibinya saling tukar nomor telepon.
Jumiati
Abdul Rahman saat dikonfirmasi media ini mengaku sangat bahagia, bisa menemukan dan berbicara langsung dengan
Nur Hidayah. Walaupun hanya lewat Video Call.
Jumiati juga
tidak sabar ingin bertemu langsung keponakannya itu. Dia ingin sekali pergi
melihat Nur Hidayah dan ayahnya di Pasuruan.
"Karena
di Pasuruan ada larangan mudik, sekarang kita bersabar dulu. Cuma bisa lepas
kangen lewat video call. Insyaallah, kalau mudik sudah dibuka, kita akan
rame-rame ke Pasuruan," kata Jumiati.
Sejak 2010 dia
telah mencari Nur Hidayah melalui media sosial. Namun, upaya itu tidak
membuahkan hasil.
"Alhamdulillah,
sekarang kita dipertemukan," tuturnya bahagia.
Nur Hidayat
kata dia, merupakan anak pertama dari kakaknya Faridah yang menikah dengan
warga Pasuruan. Faridah merantau ke Pasuruan sejak tahun 1991 dan tidak pernah
kembali. Hingga menikah dengan warga setempat.
Sekitar
tahun 2000 Farida dikabarkan meninggal dunia. Ketika usia Nur Hidayah menginjak
4 tahun. Jasad almarhumah kakak sulungnya itu dimakamkan di Pasuruan.
"Waktu
dia meninggal, yang pergi ke Pasuruan hanya ibu dan bapak," katanya.
Setelah
beberapa bulan ditinggal sang ibu, Nur hidayah tinggal bersama ayahnya di
Pasuruan hingga saat ini. Bahkan saat itu komunikasi dengan keluarga di Bima,
lancar. Walaupun melalui Warung Telepon (Wartel) atau numpang telpon rumah
milik tetangga.
Kemudian
tiba suatu waktu komunikasi keluarga di Bima bersama Nur Hidayah, putus. Itu sekitar akhir tahun 2000. Sejak itu pula
kabar tentang Nur Hidayah tidak lagi diketahui.
"Bahagia
dan sedih sudah campur aduk. Bayangin, selama 20 tahun lebih yang dulu lihatnya
masih balita sekarang sudah sebesar ini. Kami merasa almarhumah kakak (Faridah,
red) seperti kembali hidup dengan hadirnya Nur Hidayah. Wajahnya mirip sekali
dengan almarhumah," katanya sedih. (cr-jul)