Siti Aminah (kiri), mualaf asal Sumba, NTT ditemani Hj Kalisom yang kini menempati TPA Sonco, Desa Sanolo bersama empat orang anaknya |
BimaNews.id,BIMA-Siti
Aminah, mualaf asal NTT dikabarkan menderita kanker rahim. Kondisi ekonomi yang
tidak mampu, membuat ibu empat anak ini terlantar.
Nitizen dan warga
memperlihatkan kepedulian terhadap kondisi dihadapi Siti Aminah. Mereka membuka
donasi, menggalang dukungan dana, agar ia dan anaknya bisa dirawat dan hidup
layak.
Diketahui, Siti Aminah kini menumpang tinggal di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) milik Desa Sanolo, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Dia ditinggalkan pergi suami berasal dari Lombok. Sementara Aminah sudah mulai sakit-sakitan sejak September 2019 lalu.
"Sudah dua tahun saya rasakan derita ini," ungkapnya pada Radar Tambora saat ditemui Selasa (20/4).
Mina, sapaan
wanita ini mengaku sakit yang dirasakan sudah menjalar ke seluruh bagian tubuh.
Bahkan beberapa bagian badannya sulit digerakkan.
"Hanya
tangan saja yang bisa saya gerakan. Sudah sering keluar masuk di rumah sakit
Sondosia. Beberapa hari lalu, saya berobat ke RSUD Bima," aku Mina.
Biaya untuk
berobat berobat ke rumah sakit akunya, dibantu warga dan pemuda sekitar.
Termasuk dari Pemdes Sanolo. Diapun mendapat keringanan biaya dari rumah sakit
Sondosia.
"Alhamdulillah
selama ini saya selalu dibantu warga dan
pemuda di sini," katanya bersyukur.
Ia
menceritakan kisahnya sebelum menjadi warga Desa Sanolo. Sebelum suaminya pergi,
Mina bersama empat anaknya tinggal di kos-kosan di Kota Bima. Sebelumnya, mereka pindah-pindah,
kadang di Sape dan beberapa tempat lain.
"Sambil keliling sebagai mualaf, saat tinggal di Sape saya bekerja membantu menjual tembakau orang. Saya dikasih upah sekadar saja saat itu," cerita Mina.
Pada ramadan
tahun 2018 silam, mulai menetap di Desa Sanolo, tanpa memiliki pekerjaan tetap. Karena sudah
mulai sakit, kemampuannya untuk bekerja berkurang.
Selama ini diakui,
sudah banyak mendapatkan bantuan. Baik dari warga hingga bantuan beras dari
Pemdes Sanolo.
"Selama
tinggal di sini, saya bersama anak-anak hanya keliling ke rumah warga sebagai
mualaf. Kami turun sekali seminggu. Kadang mendapatkan sedekah berupa uang, maupun
berupa beras," kisahnya.
Mina juga mengaku,
sempat pulang ke keluarganya di Sumba, NTT. Namun, keluarga tidak mau menerimanya
kembali karena memeluk Islam.
"Saya bahkan
sempat disiksa oleh keluarga saat itu. Sehingga saya balik lagi ke Bima, "
ungkap Mina.
Hj Kalisom, warga Sanolo telah menganggap Mina sebagai bagian
dari keluarganya. Dia kasihan melihat kondisi Mina bersama 4 orang anaknya yang
masih kecial.
"Saat itu, mereka (Mina dan 4 anaknya) datang meminta sedekah sebagai mualaf di Sanolo. Saya kemudian mengajak mereka untuk mampir di rumah untuk bincang-bincang," cerita Hj Kalisom.
Karena
mereka mualaf, dia bersama suaminya bertanya-tanya tentang kelengkapan berkas sebagai
orang yang baru memeluk Islam. Saat itu, Mina menunjukan dokumen sebagai
mualaf.
‘’Saat itu, saya melihat mereka belum sempurna memeluk Islam,’’ tuturnya.
Hj Kalisom kemudian
mengajak mereka tinggal di situ, sekaligus untuk menyempurnakan agama mereka.
Saat itu, Mina senang karena diajak tinggal menetap.
"Kami
langsung koordinasi dengan warga sekitar dan lapor ke pemerintah desa.
Alhamdulillah diberikan izin. Kami sarankan Mina dan anaknya dikhitan,"
ujarnya.
Kini Mina bersama
anaknya telah memiliki Kartu Keluarga (KK) sebagai warga Desa Sanolo. (ar)