Oleh : Triana Pujilestari, S.SI, M.SE (ASN BPS Kota Bima) |
Banyak cara
untuk melihat kinerja pembangunan di suatu wilayah. Salah satu metode umum yang
diakui dunia yaitu menggunakan Human Development Index (HDI) atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Di Indonesia, IPM juga sudah secara rutin digunakan
pemerintah untuk mengevaluasi kinerja pembangunan di berbagai sektor, dan oleh
karenanya faktor-faktor penentu IPM menjadi target sasaran pembangunan
pemerintah baik pusat maupun daerah.
Ada tiga aspek utama yang menjadi komponen IPM yaitu dimensi kesehatan yang tercermin dari Umur Harapan Hidup saat Lahir (UHH), dimensi pengetahuan yang tergambarkan dari angka Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) serta dimensi standar hidup layak yang dihitung dari pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan. Ketiga aspek tersebut merupakan penentu ukuran keberhasilan upaya pembangunan kualitas hidup manusia pada suatu wilayah.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat melaporkan IPM Kota Bima untuk tahun 2020 berada di posisi 75,81. Meskipun terimbas wabah Covid-19, IPM Kota Bima tahun 2020 masih mampu tumbuh positif 0,01 poin, dari 75,80 poin pada tahun 2019. Dari angka IPM di atas dapat diartikan bahwa status pembangunan manusia Kota Bima pada tahun 2020 masih termasuk dalam kategori tinggi.
Indeks Pembangunan Manusia di Kota Bima
Jika diamati dari ketiga komponen pembentuk IPM, kenaikan angka IPM Kota Bima disebabkan oleh positifnya komponen dimensi kesehatan dan komponen dimensi pengetahuan. Sedangkan untuk komponen dimensi hidup layak di Kota Bima mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya.
Hal ini sangat wajar mengingat kondisi perekonomian Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun nasional pada umumnya sedang mengalami kesulitan setelah diterjang oleh pandemi Covid-19.
Dilihat lebih jauh, Umur Harapan Hidup saat Lahir (UHH) masyarakat Kota Bima tahun ini mengalami kenaikan sebesar 0,18 tahun menjadi 70,38 tahun. Tren angka UHH terus mengalami peningkatan pada satu dekade terakhir.
Pada dimensi pengetahuan, terjadi peningkatan baik dari sisi Harapan Lama Sekolah (HLS) maupun Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS Kota Bima tahun 2020 tumbuh 0,07 persen. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang bersekolah selama 15,00 tahun atau hampir setara dengan lamanya waktu untuk menamatkan pendidikan hingga setingkat Diploma III.
Angka ini meningkat 0,01 tahun dibandingkan pada tahun 2019 yaitu selama 14,99 tahun. Sedangkan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kota Bima tahun 2020 tumbuh 1,06 persen. Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 10,49 tahun (kelas 2 SMA), atau meningkat 0,11 tahun dibanding tahun 2019.
Sayangnya pertumbuhan positif pada dimensi kesehatan dan dimensi pengetahuan tidak diikuti oleh dimensi standar hidup layak. Kondisi perekonomian nasional yang berada di ambang resesi akibat serangan pandemi Covid-19 membuat pengeluaran per kapita masyarakat menurun.
BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat pengeluaran per kapita masyarakat Kota Bima turun sebesar 229 ribu rupiah atau 2,02 persen dibanding tahun lalu. Pada tahun 2020 pengeluaran per kapita masyarakat Kota Bima menjadi 11,10 juta rupiah, turun dibanding tahun sebelumnya sebesar 11,33 juta rupiah.
Terjangan wabah Covid-19 yang masih terus berlanjut tanpa kejelasan kapan berakhirnya membuat sektor perekonomian semakin lesu. Banyak usaha yang mengalami penurunan pendapatan luar biasa bahkan ada yang sampai mengurangi tenaga kerjanya secara besar-besaran karena tak mampu lagi menanggung beban operasional.
Akibatnya angka pengangguran meningkat dan imbasnya daya beli masyarakat kian menurun. Ketidakpastian kondisi perekonomian pada kondisi pandemi ini membuat sebagian besar masyarakat memilih untuk menabung dibanding membelanjakan uangnya untuk konsumsi.
Capaian IPM Kota Bima tahun 2020 memang masih mampu bertumbuh positif namun pertumbuhannya cenderung agak melambat (flat). Sehingga ke depan pemerintah Kota bima masih punya Pekerjaan Rumah (PR) besar untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan capaian IPM di tahun 2021.
Lalu bagaimana cara mempercepat perbaikan IPM Kota Bima? Tergantung dimensi mana yang ingin diperbaiki. Jika ingin memperbaiki dimensi standar hidup layak, tentunya harus menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya supaya pengangguran berkurang dan pendapatan masyarakat meningkat.
Untuk memperbaiki dimensi pendidikan, dengan menekan angka putus sekolah dan memberi pemahaman bagi yang sudah bersekolah untuk terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Dari dimensi kesehatan, dengan menekan angka kematian ibu, angka kematian anak dan permasalahan serupa lainnya. Harapannya, semoga tahun 2021 ini wabah Covid-19 bisa segera diatasi sehingga kondisi perekonomian masyarakat bisa pulih kembali dan bisa membawa pembangunan manusia di Kota Bima bertumbuh lebih baik lagi. (tpl)