Inilah rumah tempat
tinggal Junaidin dan istrinya, pelaku Skimming Jaringan Internasional yang
dibekuk Tim Ditreskrimsus Ciber Polda Bali bersama dua pelaku lain asal NTB.
BimaNews.id,BIMA-Asmah, istri Junaidin masih tidak menyangka suaminya terlibat sebagai pelaku Skimming Jaringan Internasional. Dia terlihat shok hingga jatuh sakit, mendengar kabar sang suami diciduk Tim Ditreskrimsus Ciber Polda Bali.
"Selama ini, dia
(Junaidin) hanya mengaku bekerja di usaha bisnis tanah di luar daerah,"
kataAsmah, saat ditemui Radar Tambora di kediamannya, Kamis siang (28/1).
Bagi Asmah, Junaidin
adalah sosok suami yang baik. Meski jarang pulang ke rumah, namun tidak
melupakan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga.
Setiap kali pulang, dia
sering diberi uang. Terkadang dikirim melalui rekening. Walaupun nominalnya tak
banyak."Bukan cuma saya, ibu
juga kadang dikasih Rp 100 ribu tak kala dia pulang," katanya.
Selama 2 tahun
berumahtangga, Asmah tidak menaruh curiga akan perbuatan suaminya. Apalagi dia
ikut terlibat dalam jaringan pelaku skimmin. Begitupun, barang bukti alat
skimming yang tersimpan rapi di rumah mereka, sama sekali tidak pernah ia tahu.
"Saya hanya diminta
untuk menjaga barang itu, karena milik bosannya. Jangan sampai ada orang yang
membuka. Karena disuruh, saya juga tidak berani," katanya.
Terakhir, mereka
berkomunikasi pada Selasa (26/1) atau sehari sebelum barang bukti disita Tim
Ditreskrimsus Ciber Polda Bali. Dalam komunikasi via HP itu, mereka tak
berbicara banyak. Cuma disuruh menyembunyikan barang bukti yang dibungkus
karung warna putih ke lahan jagung warga di bagian Barat Desa Tambe.
"Karena berat, saya
minta bantu sama adik ipar," kata Asmah.
Beberapa hari terakhir dia
mengaku dilanda gelisah dan cemas. Merasa seperti akan ada sesuatu hal yang
terjadi dalam rumah tangganya.
Keresahan hati Asmah pun
terjawab Rabu sore (27/1), setelah Lima orang Tim Ditreskrimsus Ciber Polda
Bali mendatangi rumahnya. Saat itu juga ia
mendapat kabar sang suami sudah ditangkap di wilayah Bali.
"Saya sempat tidak
percaya, sebelum polisi menggeledah barang dalam karung itu," katanya.
Asmah mengaku tidak habis
pikir akan perbuatan suaminya. Yang dia tahu, sang suami hanya laki-laki biasa
yang tak punya keahlian dalam bermain komputer.
"Dia juga sekolahnya
hanya tamatan SD. Dia pernah bercerita sempat lanjut ke SMP, cuma gak sampai
kelas 3," ujar Asmah.
Kepala Dusun Melati, Desa
Tambe, Zulkarnain juga mengaku tidak menyangka keterlibatan Junaidin sebagai
pelaku skimming. Selama ini, mereka tergolong keluarga tidak mampu.
"Mereka ini tergolong
penerima bantuan bedah rumah. Karena belum membuat Kartu Keluarga (KK) sehingga
tidak masuk sebagai penerima," kata Zulkarnain saat ditemui di kantor Desa
Tambe.
Pasca menikah 2018, mereka
tinggal di rumah panggung 12 tiang milik mertuanya di RT 04. Banyak warga yang
ikut prihatin dengan kehidupan mereka. Karena Junaidin jarang pulang ke rumah,
terkadang Asmah nyambi bekerja serabutan.
"Saya tidak terlalu
kenal dengan Junaidin. Jarang saya lihat di kampung," katanya.
Kalau dari status asalnya,
dia belum tergolong warga Desa Tambe. Meskipun mereka punya tinggal di Tambe.
Sebab, dia belum tercatat atau berdomisili sebagai warga Tambe. Bahkan dalam
Daftar Pemilih Tetap pada pemilihan kepala desa dan Pilkada, mamanya tidak
terdaftar sebagai pemilih.
"Junaidin asalnya
dari Hu'u, Kecamatan Hu'u Dompu," jelas Zulkarnain.
Hal senada juga
disampaikan beberapa warga di Desa Tambe. Kebanyakan warga mengaku tidak
terlalu akrab dengan Junaidin, lantaran jarang bergaul dengan tetangga. Namun
ada pula warga lain yang menyebutkan, kalau Jumadin mahir berbahasa Inggris.
(jw)