Oleh, Darwis Yusra
SP
(Staf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) |
Seorang bapak umur 78 tahun bercerita kepada saya sambil
meneteskan air mata, mengenang masa-masa sulit di musim paceklik 50 tahun lalu.
Persediaan gabah di lumbungnya habis akibat gagal panen dua tahun
berturut-turut. Pisang di kebun habis, apalagi ubi dan singkong, gadung yang
beracun di gunung-gunung pun habis diburu warga yang kemudian diolah sedemikian
rupa sehingga aman dikonsumsi.
Bukan tidak ada hujan turun, akan tetapi musim hujan hanya
sekitar 3 bulan sedangkan umur padi mencapai lima bulan baru bisa panen. Serangan
hama penyakit dan belum adanya pemupukan, makin mempersulit keadaan.
Hamparan sawah begitu luas, sedangkan jumlah penduduk belum
sebanyak sekarang. Tetapi kelaparan dimana-mana. Salah satu yang saya syukuri
sebagai karunia Allah SWT ditemukannya
varietas padi yang berumur pendek, dengan produktivitas mencapai 8 ton per hectare. Toleran kekeringan dan hama penyakit urainya sambil
mengusap air mata. Kalau zaman dulu sudah umurnya panjang, produksinya sekitar
3-4 ton per hektare tutupnya.
Kisah di atas menjelaskan teknologi berperan penting dalam peningkatan produksi
pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi dan
ketahanan pangan nasional tercermin dari
swasembada beras tahun 1984 dan 2007. Hal ini terkait dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh varietas unggul padi. Antara lain, berdaya hasil tinggi,
tahan terhadap hama dan penyakit utama, umur genjah, dan rasa nasi enak.
Di tengah makin beratnya tantangan yang dihadapi dalam usaha
tani, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan sejumlah varietas padi unggul
baru. Teknologi produksi, dan benih sumber varietas unggul padi.
Varietas unggul padi sawah tersebut masing-masing dilepas
dengan nama Inpari 2 Batipuah, Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan,
Inpari 25 Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Inpari 29
Rendaman, Inpari 30 Ciherang- Sub1 dengan potensi hasil 7,7 hingga 9,6 ton per hectare. Inpari 32, Inpari 33 dan
Inpari 34 Salin Agritan yang toleran pada lahan salin (kadar garam tinggi) dengan
potensi hasil 8,1 ton per hektara.
Sekarang sudah tersebar Inpari 42 yang toleran kekeringan mulai
diminati. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB sudah melakukan diseminasi
varietas unggul baru padi Inpari Nutri Zink untuk menanggulangi stunting di
Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan data BPSB tahun 2020 penggunaan varietas di
tingkat penangkar per Oktober 2020 mencapai 5.542,8 ton, tersebar di seluruh
kabupaten dan kota. Kabupaten Lombok Barat merupakan produsen benih padi
tertinggi mencapai 1.730,7 ton dan disusul Kabupaten Sumbawa 1.323,9 ton.
Sebagian besar menggunakan varietas unggul baru (VUB), seperti Inpari 30,
Inpari 32 dan Inpari 42. Namun demikian masih ada sebagian kecil petani
menggunakan varietas lama seperti, Ciliwung dan Ciherang.
Varietas Unggul Padi Sawah
Varietas unggul padi sawah merupakan galur
hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus. Seperti,
potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan toleran
terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya.
Varietas unggul salah komponen teknologi
yang penting untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan usaha tani padi. Berbagai varietas unggul telah tersedia
dan dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, preferensi petani, dan
keinginan pasar.
Jenis dan karakteristik dari varietas unggul meliputi :
Varietas Unggul Baru (VUB) : Kelompok
tanaman padi yang memiliki karakteristi umur
kisaran 100-135 HSS (hari setelah sebar), anakan banyak (>20 tunas/rumpun),
bermalai agak lebat (±150 gabah/malai).
Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB): Kelompok tanaman padi
yang memiliki karakteristik postur tanaman
tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (<15
tunas/rumpun), berumur 100-135 HSS, bermalai lebat (±250 gabah/malai),
berpotensi hasil lebih dari 8 ton GKG/ha.
Varietas Unggul Hibrida (VUH) : Kelompok tanaman
padi yang terbentuk dari individu-individu
generasi pertama (F1). Berasal dari kombinasi persilangan dari
2 varietas padi yang memiliki karakteristik potensi
hasil lebih tinggi dari varietas unggulan inbrida.
Manfaat Benih Unggul Berlabel
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis
yang banyak bagi perkembangan usaha pertanian. Diantaranya,
pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga panen
menjadi serempak. Rendemen lebih tinggi,
mutu hasil lebih tinggi dan sesuai dengan
selera konsumen. Tanaman mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap gangguan hama dan
penyakit dan beradaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan
pestisida.
Produktivitas varietas sangat
bergantung pada genotype (komposisi
gen yang dimiliki varietas) dan kondisi lingkungan tumbuh (interaksi
genotype dengan lingkungan). Faktor-faktor lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap penampilan varietas
antara lain, kesuburan fisik dan kimiawi tanah, iklim, keberadaan hama dan
penyakit, teknik budidaya yang digunakan.
Mutu benih meliputi : mutu genetic, mutu fisik, dan mutu
fisiologis. Ciri-ciri benih bermutu yaitu : varietasnya asli, benih
bernas dan seragam, bersih, tidak tercampur dengan biji gulma atau biji tanaman
lain, daya berkecambah dan vigor tinggi
sehingga dapat tumbuh baik jika ditanam di sawah dan sehat,
tidak terinfeksi oleh jamur atau serangan hama.
Benih berlabel merupakan benih
yang sudah lulus proses sertifikasi yang merupakan salah
satu bentuk jaminan mutu benih. Keuntungan menggunakan benih bermutu tinggi meliputi : benih tumbuh dengan tepat dan
serempak, bila disemaikan, mampu menghasilkan bibit yang tegar dan sehat, ketika
ditanam, bibit dapat tumbuh lebih cepat,
dan pertanaman lebih serempak dan populasi tanaman optimum, sehingga
mendapatkanan hasil yang tingi.
Kategori Benih Unggul Berlabel
Sebagian petani berpendapat bahwa makin tinggi kelas benih
makin tinggi hasilnya, padahal tidak demikian. Kelas benih dalam sistem
sertifikasi meliputi :
Benih Penjenis/Bredeer seed (BS) berlabel kuning
Dasar/Foundation seed (FS) berlabel putih
Benih Pokok/Stock seed(SS) berlabel ungu
Benih Sebar/Extention seed (ES) berlabel Biru
Benih penjenis (BS) yaitu benih yang terdapat pada urutan
pertama pada kelas benih dalam sistim sertifikasi, benih penjenis(BS) ditandai
dengan pemberian label warna kuning. Benih ini langsung terdapat pada pemulia
tanaman.
Kemudian turunan dari benih penjenis(BS) adalah benih
dasar(FS), benih dasar adalah benih yang di perbanyak oleh balai benih induk
(BBI), benih ini ditandai dengan pemberian label warna putih. Turunan dari
benih dasar (FS) adalah benih pokok (SS).
Benih pokok (SS) yaitu benih turunan ke tiga dari kelas
benih dalam sistem sertifikasi benih yang di tandai dengan pemberian label
warna ungu, benih ini di perbanyak oleh penangkar-penangkar benih
untuk di turunkan menjadi benih sebar (ES).
Benih yang di jual di
pasaran atau yang di gunakan petani adalah benih sebar (ES). Benih
sebar adalah benih turunan ke empat dari kelas benih atau benih turunan
terahir, benih ini di tandai dengan pemberian lebel warna biru, dan benih ini
hanya bisa dilakukan satukali penanaman. Benih inilah yang disebarkan ke
seluruh petani, telah melalui screniing dan rougoing sehingga tipe simpang
hampir tidak ada.
Ketersediaan varietas unggul baru yang memiliki
produktivitas tinggi berkontribusi besar bagi ketahanan pangan. Beragam
varietas telah tersedia pada para penangkar yang penyebaranya hampir merata
disemua kabupaten dan kota di NTB. Hal ini dapat memberikan alternatif pilihan
bagi petani sesuai kondisi iklim dan ekosistem setempat.(*)