KOTA BIMA-Keributan kembali terjadi di RSUD Bima. Keluarga tidak terima dengan hasil swab pasien IM, dinyatakan positif Covid-19 setelah bersangkutan meninggal dunia.
"Kalau benar dari awal itu reaktif, ya harusnya keluarga dilarang menjenguk dan mengurusi pasien dirawat, " protes Usman, ponakan almarhum IM.
Almarhum IM, 60 tahun masuk RSUD Bima pada Selasa (8/9) lalu. Bersangkutan sempat dibawa ke RS Dr Agung , kemudian dioper ke RS Muhammadiyah.
Menurut Usman, di RS Muhammadiyah, IM dinyatakan reaktif dan sudah dalam kondisi berat .
"Karena berat dan reaktif, akhirnya dirujuk ke RSUD Bima. Ketika tiba di sini, disebut gejala yang diderita adalah paru, gula dan ginjal sehingga almarhum dimasukkan ke ruang isolasi, " ungkap Usman.
Selama almarhum ditempatkan di ruang isolasi. Tidak ada pembatasan bagi keluarga yang menjenguk maupun mengurusi almarhum.
"Sampai almarhum meninggal, istri, anak dan keluarga lain memeluk, memenuhi ruang isolasi. Terus, petugas medis tiba-tiba mengatakan almarhum IM ini positif Covid, " keluhnya.
Jika dari awal, almarhum sudah dicurigai covid-19. Pihak RSUD harus tegas melarang siapapun masuk ke ruang isolasi untuk menemui pasien.
"Selama ini nggak. Pasien justru dinyatakan positif setelah meninggal dunia. Jelas kami kecewa dengan pelayanan rumah sakit ini, " katanya kecewa.
Ketika keluarga paasien memprotes soal itu, seorang tenaga medis RSUD Bima, berusaha memberikan penjelasan pada keluarga korban. Mengatakan, pasien datang ke RSUD Bima dengan keluhan sesak napas berat, infeksi paru.
"Hasil screaning di RS Muhammadiyah, pasien bersangkutan reaktif. Sehingga dibuktikan dengan swab dan hasilnya dinyatakan positif covid-19, " jelasnya.
RSUD Bima kata tenaga medis itu, telah memiliki alat untuk melakukan tes swab secara mandiri. Hanya saja digunakan pada situasi darurat. Seperti pada pasien IM, yang telah dinyatakan reaktif dan meninggal dunia sehingga dibutuhkan tes swab segera.
"RSUD Bima sudah miliki alat tes swab, jadi dalam satu hari sudah bisa diketahui hasilnya tanpa harus mengirim ke sumbawa, " kata dokter yang tidak diketahui namanya tersebut.
Wartawan mencoba menemui langsung tenaga medis yang menangani pasien IM, namun menolak memberikan keterangan. Justru mengarahkan wartawan untuk ke humas RSUD setempat.
Sementara, Humas RSUD Bima, dr Akbar dihubungi via ponsel sedang tidak aktif.
Pantauan terakhir wartawan, Jenazah pasien IM dibawa pulang keluarga menggunakan ambulance RSUD Bima dengan menandatangani surat pernyataan. (tin)
"Kalau benar dari awal itu reaktif, ya harusnya keluarga dilarang menjenguk dan mengurusi pasien dirawat, " protes Usman, ponakan almarhum IM.
Almarhum IM, 60 tahun masuk RSUD Bima pada Selasa (8/9) lalu. Bersangkutan sempat dibawa ke RS Dr Agung , kemudian dioper ke RS Muhammadiyah.
Menurut Usman, di RS Muhammadiyah, IM dinyatakan reaktif dan sudah dalam kondisi berat .
"Karena berat dan reaktif, akhirnya dirujuk ke RSUD Bima. Ketika tiba di sini, disebut gejala yang diderita adalah paru, gula dan ginjal sehingga almarhum dimasukkan ke ruang isolasi, " ungkap Usman.
Selama almarhum ditempatkan di ruang isolasi. Tidak ada pembatasan bagi keluarga yang menjenguk maupun mengurusi almarhum.
"Sampai almarhum meninggal, istri, anak dan keluarga lain memeluk, memenuhi ruang isolasi. Terus, petugas medis tiba-tiba mengatakan almarhum IM ini positif Covid, " keluhnya.
Jika dari awal, almarhum sudah dicurigai covid-19. Pihak RSUD harus tegas melarang siapapun masuk ke ruang isolasi untuk menemui pasien.
"Selama ini nggak. Pasien justru dinyatakan positif setelah meninggal dunia. Jelas kami kecewa dengan pelayanan rumah sakit ini, " katanya kecewa.
Ketika keluarga paasien memprotes soal itu, seorang tenaga medis RSUD Bima, berusaha memberikan penjelasan pada keluarga korban. Mengatakan, pasien datang ke RSUD Bima dengan keluhan sesak napas berat, infeksi paru.
"Hasil screaning di RS Muhammadiyah, pasien bersangkutan reaktif. Sehingga dibuktikan dengan swab dan hasilnya dinyatakan positif covid-19, " jelasnya.
RSUD Bima kata tenaga medis itu, telah memiliki alat untuk melakukan tes swab secara mandiri. Hanya saja digunakan pada situasi darurat. Seperti pada pasien IM, yang telah dinyatakan reaktif dan meninggal dunia sehingga dibutuhkan tes swab segera.
"RSUD Bima sudah miliki alat tes swab, jadi dalam satu hari sudah bisa diketahui hasilnya tanpa harus mengirim ke sumbawa, " kata dokter yang tidak diketahui namanya tersebut.
Wartawan mencoba menemui langsung tenaga medis yang menangani pasien IM, namun menolak memberikan keterangan. Justru mengarahkan wartawan untuk ke humas RSUD setempat.
Sementara, Humas RSUD Bima, dr Akbar dihubungi via ponsel sedang tidak aktif.
Pantauan terakhir wartawan, Jenazah pasien IM dibawa pulang keluarga menggunakan ambulance RSUD Bima dengan menandatangani surat pernyataan. (tin)