KOTA BIMA- PWI Perwakilan Bima menggelar Rapat Kerja (Raker), Sabtu (25/7), di Sekretariat PWI Bima, Jalan Kesatria, Kelurahan Penatoi, Kecamatan Raba. Rapat yang dipimpin Ketua Indra Gunawan, membahas program kerja PWI Perwakilan Bima periode 2020-2023.
Dalam pengantarnya, Ketua
PWI Perwakilan Bima Indra Gunawan berharap, kehadiran organisasi wartawan
tertua di Indonesia ini bisa memberi warna baru bagi perkembangan dunia pers di
Bima. Karena disadari marwah jurnalis saat mulai hilang, sudah tidak lagi
dihargai.
Kondisi itu katanya,
sebagai imbas dari munculnya praktek-praktek jurnalis yang menyimpang dari kode
etik dan aturan main yang menjadi payung bagi insan pers.
‘’Ini menjadi tugas kita
bersama, bagaimana mengembalikan marwah jurnalis. Supaya wartawan dihargai dan
mendapatkan tempat di hati masyarakat,’’ harapnya.
Karena itu kata dia, ini
menjadi tugas bersama untuk mengembalikan citra positif tersebut. Untuk
pengurus dan anggota PWI, harus menjadi contoh bagi wartawan lain.
Raker yang berlangsung
sekitar pukul 11.00 Wita itu berlangsung dinamis. Masing-masing bidang memaparkan
program kerja yang akan dilaksanakan untuk jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
Setiap program yang
disampaikan tiap bidang, kemudian dilemparkan ke forum untuk mendapatkan
masukan maupun koreksi.
Sejumlah masukan muncul
dari anggota dan pengurus PWI lain. Seperti H Natsir, berharap kantor PWI
Perwakilan Bima menjadi rumah bagi seluruh wartawan di Bima.
‘’Untuk mengembalikan marwah
dan citra positif wartawan di Bima, perlu diadakan pelatihan dalam upaya
peningkatan kapasitas. Baik terhadap anggota PWI maupun wartawan lain yang mau
bergabung,’’ sarannya.
Terkait kegiatan pelatihan
itu, Fakhrudin mengusulkan agar PWI
Perwakilan Bima mengagendakan kegiatan bengkel jurnalis secara rutin, sekali
dalam sebulan. Dengan mengundang wartawan senior sebagai pemateri.
‘’Kita mulai pembenahan
itu dari internal pengurus dan anggota PWI terlebih dulu,’’ tawarnya.
M Haryadin, anggota PWI bidang
advokasi juga menyarankan, kegiatan pelatihan itu untuk mendorong jurnalis
bekerja sesuai kode etik. Karena diakui, selama ini masih banyak praktek menyimpang
yang justru dapat menjerat wartawan secara hukum.
‘’Pekerjaan wartawan
sangat rentan untuk dipersoalkan secara hukum. Ini harus diantisiapasi melalui
kegiatan peningkatan kapasitas, supaya wartawan memahami batasan tugas dan
kewenangan sesuai aturan yang ada,’’ tandasnya.
Hasil rumusan program yang
disampaikan masing-masing bidang akan
dibahas lebih lanjut oleh tim perumus. Untuk menyusun dan merumuskan kembali
program kegiatan yang riil dan bisa dilaksanakan. Termasuk merancang estimasi
(perkiraan) anggaran untuk setiap program tersebut. (nk)